Punya Kepedulian Sosial dan Lingkungan

BANDUNG – Industri perbankan di Indonesia seharusnya mulai memperhatikan isu sosial dan lingkungan demi keberlangsungan perusahaan. Selama ini, belum banyak bank yang menaruh perhatian khusus terhadap nasabah krediturnya terkait sosial dan lingkungan.

UJI MATERI: Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas Dr Erlynda Y. Kasim SE MSi Ak Ca CSP presentasi disertasi saat Sidang Promosi Doktor (Dr) di Universitas Padjajaran (Unpad) beberapa waktu lalu.

Hal tersebut menjadi salah satu poin penting yang dibahas Dosen Sekolah Tinggi Ilmu Ekonomi (STIE) Ekuitas Dr Erlynda Y. Kasim SE MSi Ak Ca CSP saat Sidang Promosi Doktor (Dr) di Universitas Padjajaran (Unpad) beberapa waktu lalu.

Dirinya menyebut, industri perbankan berbeda dengan industri manufaktur yang menghasilkan limbah pabrik. Sebagai penyalur dana kredit, bank seharusnya memiliki persyaratan kepada  perusahaan calon nasabah agar memiliki kepedulian sosial dan lingkungan.

”Isu sosial dan lingkungan ini kan biasanya yang disorot pabrik-pabrik yang menghasilkan limbah. Perbankan hanya perusahaan jasa keuangan yang tak memiliki limbah sehingga sedikit sekali bank yang konsen akan sosial dan lingkungan. Padahal, seharusnya perbankan itu kalau mau menyalurkan dana ke coorporate yang benar-benar peduli lingkungan,” ujar Lynda kepada Jabar Ekspres.

Lebih lanjut, perempuan yang mengambil judul Disertasi ”Pengaruh Efektifitas Sistem Informasi Akuntansi, Pelaksanaan Audit Internal dan Budaya Perusahaan terhadap Indikasi Kecurangan Pelaporan Keuangan serta implikasinya terhadap Keberlanjutan Perusahaan,” ini mengaku, tujuannya melanjutkan jenjang pendidikan S3 karena ingin menambah pengetahuan lebih luas. Sebagai dosen, dirinya memiliki kewajiban untuk sekolah lebih tinggi.  

Sebagai seorang pendidik di perguruan tinggi (dosen) sudah seharusnya mengambil S3, karena itu memang tuntutan profesi. Saya pikir, kalau dosen hanya S2 itu masih kurang,” ujar dia.

Selain itu, alasannya melanjutkan ke jenjang S3 untuk menegaskan diri agar lebih spesifikasi dalam pakar keilmuannya. Dirinya juga bersyukur bisa menuntaskan pendidikan S3 tepat waktu sesuai dengan targetnya.

”Saya daftar pada 2014 dan lulus pada 2018, jadi sekolah S3 ini saya selesaikan empat tahun. Orang lain ada yang tiga tahun, tapi saya tak ingin buru-buru. Yaa… tahu sendiri kan saya ini ibu rumah tangga juga berprofesi sebagai dosen. Jadi bagi-bagi waktu antara ngurus rumah dan kerjaan,” pungkasnya. (a2/fik)

Tinggalkan Balasan