Prabowo Atau Jokowi Layak Melirik AHY Jadi Cawapres 2019

JAKARTA – Menjelang pendaftaran Pilpres 2019, nama tokoh yang akan mendampingi Prabowo atau Jokowi sebagai Cawapres kian kencang.

Putra Presiden RI ke-6, Agus Harimurti Yudhoyono memiliki tingkat keterpilihan (elektabilitas) tinggi sebagai calon wakil presiden 2019. AHY dinilai layak menjadi wakil Prabowo Subianto, juga serasi bila disandingkan dengan Jokowi.

Alasannya, AHY merupakan representasi kaum milenial yang akan mendominasi pemilih di kontestasi lima tahunan 2019 mendatang. Pemilu 2019 diyakini bakal diikuti oleh lebih dari 40 persen pemilih milenial. 

“Ciri-ciri generasi milenial itu well informed, terbiasa dengan teknologi, kritis, rasional dan trendi. Dan ciri-ciri ini ada pada diri AHY. Jadi AHY menurut saya cukup merepresetasikan kaum milenial,” kata pengamat politik dari Universitas Pelita Harapan, Emrus Sihombing saat dihubungi wartawan, Senin (9/7).

Emrus juga tidak sependapat dengan pihak-pihak yang mengatakan, AHY hanya populer sebagai selebrities dan bukan sebagai politisi. Sebab, seorang pemimpin tidak harus politisi. Semua orang bisa menjadi pemimpin selama dia memiliki kapabilitas dan kemampuan. 

Menurut Emrus, profesi apapun termasuk selebrities berhak menjadi pemimpin. Ini telah dibuktikan oleh aktor dan bintang televisi, Ronald Reagen, yang sukses menjadi Gubernur Califot dan Presiden Amerika Serikat ke-40. Melalui kebijakan ekonominya “Reagenomics”, Reagen sukses mengakhiri perang dingin selama kepemimpinannya.

AHY, Emrus melanjutkan, juga memiliki banyak prestasi pribadi yang tidak ada hubungannya dengan Susilo Bambang Yudhoyono (SBY) sebagai Presiden dua periode. AHY lulusan terbaik Akademi Militer sekaligus peraih gelar Master of Public Administration dari John F. Kennedy School of Government, Universitas Harvard, Cambridge, Massachusetts, Amerika Serikat.

“Jadi kalau ada yang bilang AHY hanya membawa nama besar SBY, saya kira itu suatu kesimpulan yang prematur karena hanya berbasis opini. Comment sense atau akal sehat bisa menyesatkan jika tidak disertai dengan data,” imbuh Emrus. 

Selain itu, tidak selamanya putra seorang Presiden memiliki konotasi negatif. Bukankah George Bush jadi presiden kemudian anaknya Bush junior kemudian juga menjadi presiden. Jadi sangat mentah alasan, karena dia anaknya SBY, AHY dianggap tidak layak jual,” ujarnya lagi.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan