Pertahankan Tradisi Hanya Makan Rasi

Hampir dua jam berkeliling melihat perkebunan singkong seluas 25 Hektar. Sampailah pada sebuah rumah sederhana tempat pembuatan Rasi. Beberapa perempuan paruh baya dengan ditemani anak perempuan berusia remaja terlihat semangat mengupas singkong, mencuci dan merendam.

Liputan Nur Azis, Cimahi


Cireundeu merupakan sebuah kampung terletak kurang lebih 10 kilometer dari pusat Kota Cimahi. Sebetulnya secara geografis letak kampung ini diapit oleh Gunung Kunci, Gunung Cimentang dan Gunung Gajahlangu.

Meskipun letaknya berada dekat pusat pemerintahan Kota Cimahi, masyarakat kampung Cireundeu tetap memegang teguh adat istiadat leluhur.

Ketika memasuki kampung, dari kejauhan terlihat jelas keasrian dan suasana layaknya pemukiman jaman dulu. Jajaran rumah adat dengan lingkungan asri memperlihatkan wajah kampung masih tetap dipertahankan meskipun kemajuan zaman telah mempengaruhi kehidupan warga kota.

Tulisan aksara sunda yang artinya Wilujeung Sumping menjadi bukti bahwa masyarakat Kampung Cireundeu tetap mempertahankan budaya adat sunda.

Letak kampung masuk kedalam wilayan Kelurahan Luwigajah RW 10 ternyata memiliki cara unik untuk memenuhi kebutuhan pokoknya. Sebab, selama ini masyarakat kampung selalu memakan Rasi sebagai makanan utama.

’’Rasi itu makanan pokok kami, Rasi terbuat dari singkong dan inimah sudah turun menurun tetap dipertahankan,’’ucap Enjang ketika ditemui Jabar Ekspres saat berkunjung kemarin (16/1)

Tradisi adat di Kampung ini, tetap menggunakan Rasi sudah turun menurun yang diwariskan oleh para leluhur dan ketua adat kampung. Sedangkan, untuk nama Rasi sendiri merupakan pemberian pemerintah.

Sedangkan, masyarakat adat biasa menyebutnya Sasanguen. Bahkan, kebiasaan ini bagi warga Cireundeu tetap dipegang teguh meskipun perkembangan zaman sudah semakin maju.

’’Warga sinimah menyebutnya Sasanguen, kalau Rasi mah katanya biar ingat,”ujat Enjang.

Selain itu, asal muasal kebiasaan makan rasi bermula ketika sesepuh adat mendapat wangsit yang mengatakan, Keun bae teu boga sawah asal boga pare. Keun bae teu boga pare asal boga beas. Keun bae teu boga beas asal boga sangu. Keun bae teu boga sangu asal bisa tuang. Keun bae teu tuang asal kuat. (Biarkan tidak punya sawah asal punya padi, Biarkan tidak punya padi asal punya beras, Biarkan tidak punya beras asal punya nasi, Biarkan tidak punya naasi asal bisa makan, Biarkan tidak bisa makan asal kuat, red)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan