Pengamat: Identitas Politik Sunda Muncul saat Debat Pilgub

BANDUNG – Debat publik pertama pasangan calon gubernur dan wakil gubernur dalam Pilgub Jabar berlangsung di Gedung Sabuga, Kota Bandung, Senin (12/3) malam. Keempat pasangan calon saling memaparkan visi dan misi masing-masing.

Pada konteks komunikasi politik dalam ruang political simbol, ada beberapa hal yang harus diperhatikan untuk merebut hati publik. “Syaratnya program itu bisa dipahami oleh masyarakat,” kata Pengamat Komunikasi Politik sekaligus Direktur Eksekutif Lingkar Kajian Komunikasi Politik, Adiyana Slamet.

Adiyana menjelaskan, dalam pemaparan visi misi di sesi pertama, Paslon nomor urut dua menyebutkan program prioritas yang mudah dipahami oleh semua kalangan.

“Paslon ini memunculkan program yang mudah dimengerti oleh emua kalangan, seperti molotot.com, jabar edun bahkan Imah rempeug,” ujarnya.

Dalam persepktif komunikasi politik, itu semua adalah simbol politik untuk mengikat pemilih yang dominannya berasal dari etnis Sunda. “Menghargai bahasa Sunda yang dikonversi sebagai prospective policy choice,” ujarnya.

Selain itu, dalam debat kandidat pertama, figur Anton Charlyan mampu mencairkan suasana. Menyampaikan candaan-candaan yang sesungguhnya adalah bagian dari strategi komunikasi politik untuk mendekontruksi debat kandidat sesuatu yang serius.

“Debat kandidat terlihat cair, mendapatkan respon yang positif,” ujarnya.

Debat kandidat di luar negeri, kata dia, itu dikemas dalam konsep santai, namun tidak menghilangkan esensi program prioritas yang akan dijalankan ketika memenangkan Pilgub Jabar 2018.

“Masyarakat juga harus bisa menangkap informasi dari program yang sudah ditawarkan masing-masing kandidat,” ujarnya.

Meski demikian, menurutnya, dalam debat calon kandidat kemarin, hampir semua kandidat menguasai panggung dalam rangka merebut hati publik masyarakat Jawa Barat. (him)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan