Pemkab Antisipasi Ancaman Gagal Swasembada Beras

NGAMPRAH- Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bandung Barat akan mengantisipasi sejumlah ancaman terhadap gagalnya target swasembada beras di tahun 2018. Mulai dari ancaman cuaca ekstrem, konversi lahan, sumber daya alam (SDA) dan beberapa faktor lainnya. Hal itu disampaikan Kepala Dinas Pertanian dan Ketahanan Pangan Kabupaten Bandung Barat, Ida Nurhamida di Ngamprah, kemarin.

Ida mengklaim, sejak 2009 hingga 2017 Kabupaten Bandung Barat terus menerus mengalami swasembada beras atau surplus. Target 2018 ini, tegas dia, swasembada pangan akan kembali tercapai namun sejumlah ancaman perlu diantisipasi. “Seperti konversi lahan saja, berdasarkan penelitian Pemprov Jabar setiap tahun 5 persen menyusut lahan untuk padi di Jawa Barat. Ada lagi cuaca ektrem, lalu soal ketersedian air hingga peningkatan jumlah penduduk yang sekarang mencapai 1,7 juta jiwa. Bila sejumlah persoalan ini dibiarkan begitu saja, target swasembada pangan akan terganjal,” ujarnya.

Ida menambahkan, Kabupaten Bandung Barat setiap tahunnya terus memberikan kontribusi di tingkat provinsi dan nasional dalam produksi beras. Karena, kata dia, Kabupaten Bandung Barat mampu menyuksekan program Peningkatakan Produksi Beras Nasional (P2BN). “Kami mampu memenuhi kebutuhan beras seluruh masyarakat. Saat ini tingkat konsumsi beras mencapai 98 kg beras per tahun per jiwa. Sepanjang tahun 2017 lalu kami mampu mencapai produksi gabah kering giling (GKG) sebanyak 304.618 ton,” terang Ida seraya menyebutkan Kabupaten Bandung Barat melebihi target provinsi dari sisi produktivitas GKG yang mencapai 6,5 ton/hektare, sementara provinsi hanya 6,1 ton/hektare dengan luas lahan pertanian secara total di Kabupaten Bandung Barat mencapai 130.577 hektare.

Lebih jauh Ida menjelaskan, selain target swasembada beras, pemerintah daerah juga berkomitmen untuk terus mendorong kesejahteraan para petani. Bahkan, sebagai bukti pro terhadap para petani, pihaknya memastikan tahun ini akan kembali menyalurkan sejumlah bantuan bagi para petani. “Mulai dari traktor, pompa air dan beberapa bantuan alat lainnya. Bantuan tersebut bersumber dari APBD yang akan disalurkan tahun ini,” ujarnya.

Sementara itu, salah seorang petani dari Desa Margaluyu Kecamatan Cipendeuy, Asep Suherli mengakui bila bantuan selama ini dari pemerintah daerah benar-benar dirasakan oleh para petani di wilayahnya. “Di wilayah kami hampir 95 persen para petani. Sehingga pendapatan di tempat kami ini dari hasil tani. Selama ini bantuan pemerintah sangat dirasakan oleh para petani,” pungkasnya. (drx/yan)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan