Nurussalam Butuh Perbaikan

SOREANG – Sungguh miris kondisi Madrasah Tsanawiyah Nurussalam. Sebab, sejak ber­diri pada 2004 belum pernah mendapatkan bantuan dari pemerintah. Padahal, sekolah tersebut kondisinya tidak layak dijadikan tempat belajar.

Madrasah yang berada di Kampung Puncak Mulya Ke­camatan Kutawaring Kabupa­ten Bandung sebagian dinding dan jendela ruang kelas bolong. Bahkan tidak memiliki kaca.

Kepala Sekolah MTS Nurus­salam Soleh Suparyo menga­kui, kondisi sekolah memang sangat tidak nyaman. Tetapi, karena tidak ada lagi ruang kelas untuk belajar siswa terpaksa belajar di ruang kelas tersebut.

Dirinya mengatakan, utnuk melakukan perbaikan, pihak sekolah tidak memiliki biaya. Sebab, sejak berdiri belum sama sekali tersentuh bantuan dari pemerintah baik kabupa­ten, provinsi maupun pusat.

’’Sebagai bentuk iiktiar kami pernah membuat proposal dua kali tapi tidak ada tanggapan padahal kami betul betul bu­tuh uang untuk memperbaiki ruang belajar,’’ kata Soleh ke­tika ditemui Jabar Ekspres kemarin (12/1).

Soleh memaparkan, dulu MTS Nurussalam menumpang di SDN Puncakmulya, lalu pada tahun 2007 Ketua Yayasan Cece Sukmara mem­beli lahan yang letaknya 100 meter dari SDN Puncakmulya.

Pada 2010 kondisi bangunan sudah mengalami rusak dan sempat di renovasi. Tapi, tidak bertahan lama. Sebab, sebagian bangunan hanya dibuat semi permanen dengan atap asbes dan dinding GRC berukuran 5×8 meter.

Dia memaparkan, asalnya MTS Nurussalam memiliki dua unit kelas, dengan jumlah siswa keseluruhan setiap tahunnya mencapai 125 orang. Setelah, dilakukan penambahan bangu­nan ruang kelas seluruh siswa dapat be­lajar pada pagi hari.

”Sebelumnya pas masih dua kelas, ada yang bagian siang. Kelas VII dan VIII pagi, kelas IX siang. Sejak ada tiga kelas jadi bagian pagi semuanya,” tam­bahnya. Dirinya menambahkan, MTS Nurussalam merupakan sekolah SMP satu-satunya yang ada di pelosok wilayah Kabu­paten Bandung. Bahkan, tidak hanya warga Sukamulya, warga luar desa juga banyak belajar disini. Terlebih, wilayah dea Sukamulya merupakan perba­tasan wilayah dengan Kabupa­ten Bandung Barat (KBB).

”Ada juga siswa dari Desa Kidangpananjung (Kecama­tan Cililin) Bandung Barat,” ujarnyanya.

Tinggalkan Balasan