Ngider Dayeuh Mapay Lembur

BANDUNG – Gelaran Coklat Kita Napak Jagat Pasundan bertajuk ”Keur Balarea” digelar di Stadion Sangkuriang, Kota Cimahi berlangsung semarak dan meriah. Acara yang mengangkat sederet seni dan budaya Sunda tersebut diisi seniman dan budayawan ternama asal Jawa Barat. Kegiatan tersebut juga sekaligus merayakan hari jadi ke-17 Kota Cimahi.

Sebut saja, Doel Sumbang, Sandrina IMB, Ega Robot Ethnic Percusion dan Saung Angklung Udjo sukses menghibur para penonton yang hadir. Selain itu, ada juga penampilan Sulap jeung Dongeng (Sudong) dari Haji Taufik Faturahman, Silat Pasir Intan serta berbagai pengisi acara lainnya.

Berdasarkan pantauan di lapangan, masyarakat sejak sore hari mulai berdatangan dan berkumpul di arena pertunjukan Napak Jagat Pasundan 2018.  Masyarakat terlihat sangat menikmati berbagai hiburan dan permainan tradisional khas Sunda yang disajikan. Mulai dari egrang, bedil jepret hingga berbagai permainan lainnya.

Penyanyi Pop Sunda, Doel Sumbang mengaku senang bisa menjadi bagian untuk mengisi acara dalam acara tersebut. Sebagai seorang publik figur, dirinya tengah berupaya untuk mempertahankan bahasa Sunda. Untuk, itu, kegiatan yang penuh dengan nuansa Sunda kesundaan dinilai tepat dalam mendukung kampanye yang dilakukan.

”Ada pepatah yang menyebutkan kalau bahasanya hilang, maka budayanya hilang, kalau budayanya hilang, maka bangsanya hilang dan ini sangat membahayakan,” kata Doel di Cimahi Sabtu (21/7).

Dia menyebutkan, dirinya bersama sejumlah seniman dan budayawan di Jawa Barat secara masif dengan berbagai media akan menyosialisasikan penggunaan bahasa Sunda agar tetap ada dan dipergunakan. Menurutnya, bukan hanya bahasa Sunda karena seluruh bahasa daerah wajib untuk dipertahankan.

”Buat kita menjadi semacam penghargaan buat kita sebagai pelaku seni dan kita ingin berbuat yang terbaik untuk masyarakat, untuk Coklat Kita, dan untuk semua,” kata dia.

Dengan adanya NJP tersebut, Doel berharap masyarakat mampu terbiasa dengan sajian tradisi. Sebab, selama ini masyarakat kurang tertarik menyaksikan kegiatan berbau tradisi. Jika sering diperdengarkan, maka dirinya menilai masyarakat akan semakin terbiasa dan cinta akan tradisi.

“Ini bukan sajian yang ditonton tapi harus menjadi kebutuhan penonton. Jadi masyarakat kita lah yang harus butuh sajian-sajian yang sifatnya tradisi,” kata dia.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan