Nath The Lions Kikis Stigma dengan Bismillah Alhamdulilah

BANDUNG — Nath The Lions berusaha mendobrak dogma. Lewat Bismillah Alhamdulilah, band beraliran reggae itu mengikis stigma buruk pada aliran musik yang lahir di Jamaika itu.

Hal itu, diperjuangkan Nath The Lion di Pengadilan Musik jilid ke-24 di Kafe Panas Dalam, Jalan Ambon Kota Bandung, Jumat (24/8).

Dalam amar pembelaannya, band yang terbentuk 3 Maret 2013 di Karawang itu menegaskan diri teguh di jalur rock reggae. Selama berkarir, sudah dua buah album yang dihasilkan yaitu Aminah Menjadi Berita (2013) dan We Are Blessed (2014).

Langkah mereka di blantika musik juga ditopang kolabolarasi dengan musisi lain. Di antaranya, Jflow, Indra Q’BiP’ dan lainya. Hadirnya di pengadilan musik tak hanya semata mempertanggung jawabkan single barunya, mereka pun dituntut menjelaskan predikat yang disandangnya yakni Queen of Indonesian Reggae.

Titel inilah yang dinilai memberatkan. Jaksa penuntut umum, Pidi Baiq dan Budi Dalton, tidak lantas percaya begitu saja dengan predikat itu.
Jalannya sidang pun kian alot dengan pembela, Ruly Cikapundung dan Yoga PHB.

Selama persidangan, panitera yang bertugas dalam proses mengawal jalannya persidangan jilid ke-24, Giliran Edi Brokoli yang bertugas. Tapi, agar semuanya tetap aman tanpa kekerasan fisik, Manjasad ditugaskan menjadi hakim persidangan kali ini.

Pengadilan Musik yang didukung DCDC terus menguji nyali para musisi secara berkala, mereka yang baru aktif yang sudah sangat aktif tidak diberikan secara ampun untuk dilihat kredibilitasnya.

Dengan duduk dikursi panas, Nath nampak tenang dalam menjelaskan. Sesekali gelak tawa terdengar renyah saat Pidi Baiq maupun Budi Dalton terlihat kesusahkan dalam mengintrogasi.

Program yang disiarkan secara streaming di www.djarumcoklat.com ini selalu menjadi trending topik di media sosial.

‎Ditemui di sela-sela acara, pewakilan DCDC, Satria Nurbambang menyebut, gendre reggae untuk pertama kalinya ditampilkan di Pengadilan Musik. Hal ini, sebagai salah satu bukti DCDC dalam mendukung perindustrian musik di Indonesia.

“Kayaknya emang jarang banget reggae disentuh, kita coba perlahan dalam mengedukasi ke masyarakat bahwa reggae jangan hanya identik dengan hal negatif, di dalamnya banyak sekali seninya,” bebernya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan