Munculnya Makam Leluhur Sumedang

Surutnya bendungan Jatigede memang memberikan banyak cerita, salahsatunya munculnya makam-makam leluhur Sumedang yang sempat tenggelam. Hingga warga OTD Jatigede yang terpaksa mengambil bekas bangunan untuk memperbaiki rumahnya. Berikut liputannya.

IGUN GUNAWAN-HERI PURNAMA, Sumedang

31 Agustus 2018, lalu. Sejumlah warga Sumedang sengaja datang ke pajaratan (makam) situs Ratu Dewi Inten Nawang Wulan di kawasan Cipeueut, area Bendungan Jatigede. Kedatangan mereka malam Jumat itu untuk memberikan doa bersama.

”Kegiatan ini spontanitas. Karena melihat air Jatigede yang surut, kita melaksanakan doa bersama di sana,” kata Hadi Barkah.

Tak hanya malam itu, mereka pun terus memantau perkembangan area situs tersebut. ”Meski semua situs Jatigede terendam. Tapi semua seweu siwi/Masyarakat Adat Darmaraja (Madara) tetap merawat situs trsebut. Ini bukti, bahwa situs di Jatigede itu, begitu di hargai dan dihormati,” lanjutnya.

”Dan harapan madara, bahwa situs-situs itu merupakan peradaban Agung di dunia. Tidak lagi direndam,” ucapnya.

Selain situs, rumah-rumah penduduk yang dulunya tenggelam juga kembali terlihat. Timbulnya kembali eks pemukiman di areal Waduk Jatigede ini, karena penyurutan air waduk yang cukup jauh. Sehingga, dimanfaatkan warga untuk memungut puing bekas bangunan, seperti batu bata, pasir, kenteng dan kayu yang masih layak.

Salah satu warga eks Desa Cibogo Kecamatan Darmaraja yang kini tinggal di Desa Tarunajaya Kecamatan Darmaraja Dede Dahlan menyebutkan, sudah satu minggu yang lalu dirinya mengumpulkan batu bata yang sempat terendam, untuk keperluan banguan rumahnya.

”Pasca penggenangan tiga tahun silam, rumah saya belum beres pembangunannya, karena kehabisan uang. Dengan surutnya air waduk ini, saya sengaja mengumpulkan lagi puing atau bahan bangunan bekas yang masih layak untuk dipakai,” kata Dede saat ditemui di areal Waduk Jatigede.

Dengan memungut bahan bangunan dari areal waduk atau bekas pemukiman, warga bisa mendapatkan bahan bangunan dengan anggaran yang sangat minim.

”Kalau saya mungut bahan bangunan bekas ini, paling hanya perlu uang angkut aja,” tuturnya.

Pada dasarnya, warga berupaya mendapatkan bahan bangunan dengan cara seperti itu agar mereka tinggal di rumah yang layak. Sebab saat ini, masih banyak rumah warga eks genangan yang masih belum selesai. “Saya ingin membereskan rumah saya yang belum selesai,” kata dia.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan