Mengenal Sejarah Medis di Museum Heritage Bio Farma

BERWISATA tidak harus ke destinasi alam. Museum bisa menjadi alternatif wisata. Poin utama wisata museum yakni untuk menambah pengetahuan. Ini sangat cocok bagi para pelajar yang mengisi waktu luang atau belajar sesuai mata pelajarannya.

Salah satu museum yang wajib dikunjungi jika ingin menambah pengetahuan yakni Museum Heritage Bio Farma yang berlokasi di Jalan DR Djundjunan No. 28 alias Jl. Pasteur. Menempati area seluas sembilan hektare, Museum Bio Farma akan re-opening pada Agustus 2018 untuk melengkapi konten health tourism yang sudah ada. Sejak lama,  perusahaan bioteknologi ini memproduksi vaksin dan antisera. Di era modern, Bio Farma bertransformasi ke arah lifescience dan produsen biosimilar atau inovasi pengobatan terapetik.

Meski terkesan serius, pengunjung jangan anggap wisata  museum ini menyeramkan, karena kawasan heritage Bio Farma memiliki suasana asri dan masih menjaga keaslian bangunan heritage yang didesain arsitek kenamaan Schoemaker. Pada Agustus mendatang, para pengunjung akan merasakan pengalaman digital health tourism dengan dukungan virtual reality (VR) dan informasi vaksin kekinian.

”Agustus kami siap menerima turis lebih banyak karena Museum Bio Farma sudah masuk pada daftar 10 destinasi wisata yang wajib dikunjungi di Kota Bandung yang dibuat Disbudpar Kota Bandung. Datang kesini juga menjadi wisata sejarah yang menyenangkan terkait historis vaksin di Indonesia termasuk bangunan heritage-nya,” ujar Head of Corporate Communication Bio Farma N Nurlaela Arief pada open house Museum Bio Farma, belum lama ini.

Lala mengungkapkan wisata medis ala Bio Farma akan dibuat dengan konsep fun, menggabungkan konsep wisata dengan edukasi vaksin hingga lifescience. Selain berjalan – jalan di area heritage, ke depan pengunjung juga akan mendapatkan vaksin Flubio yang diberikan dengan harga paket kompetitif.

”Untuk mendapatkan informasi yang lebih lengkap, kami akan perlihatkan virtual reality yang memperlihatkan proses produksi vaksin secara lengkap. Sementara ini kawasan lab pengembangan berstatus akses terbatas sehingga pengunjung hanya bisa menikmatinya melalui VR,” ungkapnya. (fik)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan