Mengais Rezeki Dari Datangnya Musibah

Profesi membuat perahu kayu bagi Harun sudah dilakukan secara turun temurun. Keahlian ini dia peroleh dari orang tuanya sejak 1973 silam. Sampai sekarang perahu buatannya masih banyak digunakan untuk mengevakuasi bila banjir datang di wilayah Kabupaten Bandung.

Erus Rustandi, Kabupaten Bandung

Mungkin bagi kebanyakan orang, bila melihat pembuat perahu pasti keberadaannya dekat dengan pantai atau sungai. Namun, lain halnya degan Harun.

Pria yang berumur 65 tahun ini, sudah menggeluti profesi sebagai pembuat perahu dimulai sejak 1973 silam secara turun-temurun. Bahkan, sampai detik ini dia terlihat masih kuat untuk membuat perahu di usianya yang sudah memasuki senja.

Beralamat di Kampung Mekarsari RT 04/23 Kelurahan Baleendah Kecamatan Baleendah Kabupaten Bandung, Harun bekerja seorang diri. Hanya berbekal peralatan pertukangan sederhana, dia masih terlihat cekatan untuk membuat perahu dalam tempo satu minggu.

’’Perahu ini mah buat, kalau banjir saja, kasihan masyarakat kalau enggak ada perahu enggak bisa kemana-mana,” ucap Harun ketika ditemui di tempat kerjannya.

Di tempat kerja, sebetulnya, jauh dari sungai apalagi laut. Namun, perahu buatan Harun hanya diperuntukan sebagai alat transportasi dan evakuasi bila terjadi banjir di wilayah Kecamatan Baleendah dan sekitarnya.

menurutnya, perahu buatannya tak hanya dipakai untuk evakuasi saat banjir, melainkan juga digunakan oleh para penambang pasir disepanjang Sungai Citarum, ojek perahu, hingga para penyedia jasa penyewaan perahu di beberapa danau wisata di Jawa Barat.

Bahkan, pada awal tahun ini Pemda Kabupaten Bandung membeli lima belas buah perahu untuk disumbangkan ke beberapa Kecamatan guna dipakai sebagai alat evakuasi bagi daerah yang dilanda banjir.

Sambi bekerja, dia menceritakan, membuat perahu tak bisa dilakukan sembarang orang. Keahlian ini dia peroleh dari orang tuanya yang diwariskan secara turun-temurun.

’’ Seperti saya sekarang juga mungkin akan mewariskan ilmu tata cara pembuatan perahu secara tradisional kepada kedua anak saya,’’ kata dia.

Selain untuk mempertahankan nilai seni dan cara tradisional, sepertinya untuk menggeluti profesi sebagai tukang kayu di zaman sekarang ini amatlah sulit. Namun, ke dua anak Harun sudah mulai membantu pekerjaan orang tuanya.

Tinggalkan Balasan