Masjid Kanoman, Saksi Penyebaran Islam di Jawa Barat

MASJID Keraton Kanoman menjadi saksi bisu perjalanan panjang syiar ajaran Islam di Jawa Barat. Salah satu masjid bersejarah di Nusantara itu hingga kini keberadaannya masih merawat tradisi peninggalan leluhur.

Masjid yang berlokasi di sebelah barat komplek alun-alun Keraton Kanoman, Kecamatan Lemahwungkuk, Kota Cirebon itu punya makna dari berbagai aspek. Mulai dari sejarah penyebaran ajaran Islam, kebudayaan, kesenian, makanan, tradisi, hingga arsitektur bangunan.

Arsitektur gedung bernuansa putih dengan warna pilar hijau dan kuning seakan sedang berada di masa lampau. Masjid Keraton Kanoman dibangun pada 1930 Masehi oleh Sultan Raja Zulkarnain bersama Sultan Anom Raja Nurbuat. Unsur Tiongkok pun kental menempel di dinding berhias keramik dan mangkok kecil.

Pangeran Raja Mochammad Patih Qadiran Kesultanan Keraton Kanoman Cirebon menjelaskan, Masjid Keraton Kanoman Cirebon pernah menjadi pusat kegiatan penyebaran Islam di wilayah Jawa Barat itu, para jamaah berdatangan dari berbagai pelosok Cirebon, bahkan dari pulau Jawa.

Saat perayaan tradisi muludan, Masjid Keraton Kanoman didatangi oleh pengunjung dari berbagai daerah maupun mancanegara berkunjung untuk menyaksikan prosesi malam panjang jimat.

“Di bulan Mulud dalam kalender Jawa atau pada bulan Rabiul Awal dalam kalender Islam, banyak wisatawan dari berbagai pelosok negeri turut hadir dalam tradisi panjang jimat. Tradisi yang berlangsung turun menurun yang diwariskan oleh Syaikh Syarif Hidayatullah itu guna menghormati dan merayakan tanggal kelahiran Nabi Muhammad SAW,” ujar kepada JawaPos.com, Kamis (17/5).

Patih Qadiran mengatakan, suasana di dalam Masjid Keraton Kanoman Cirebon menyimpan nilai sejarah tersendiri, terutama pada sisi bangunannya. Di setiap sudut sisi-sisi bangunannya memiliki simbol-simbol penuh makna.

Dinding Masjid Keraton Kanoman Cirebon terbuat dari bata merah. Lantainya terbuat dari ubin berwarna abu-abu berukuran 30×30 cm.

Atapnya terbuat dari genteng tabah berbentuk tajuk bersusun. Sementara puncaknya ditutup dengan mustaka. Di bagian atap masjid, ditopang dengan empat pilar kayu jati bulat yang masih orisinil dipertahankan hingga sekarang.

Qadiran mengatakan, Masjid Kanoman ini mengalami pemugaran seiring kebutuhan sarana ibadah bagi para jamaah. Seperti penambahan kanopi baru yang ada di bagian depan masjid.

Tinggalkan Balasan