Longsor Telan 5 Korban Jiwa

BOGOR – Longsor yang terjadi Kampung Maseng, desa Warung Menteng, Kecamatan Cijeruk, Bogor menelan 5 orang korban jiwa. Korban tertimbun sejak senin sekitar pukul 12.30 dan berhasil dikeluarkan kemarin (6/2).

”Longsor telah menimbulkan korban lima orang meninggal dan tiga orang lainnya terluka,” kata Kepala Pusat Data, Informasi dan Humas Badan Nasional Penanggulangan Bencana (BNPB) Sutopo Purwo Nugroho.

Sutopo mengatakan, longsor yang terjadi Senin siang telah telah menimbun tiga rumah. Sementara sepuluh rumah lainnya dalam kondisi terancam. Berikut sepuluh kepala keluarga dengan 59 jiwa di dalamnya.

Sejak longsor terjadi pada Senin siang, ada lima orang yang tertimbun di kampung Maseng.  Mereka adalah Nani, 34; Aurel, 1,5; Alan, 17; dan Aldi, 8.  Keempatnya berhasil dievakuasi tim SAR pada Selasa sore sekitar pukul 16.24. Sementara korban terakhir, Adit, 10; berhasil dievakuasi Rabu sekitar pukul 09.00.

Penyelamatan dilakukan oleh ratusan personel gabungan dari BNPB, BPBD, TNI, Polri, Basarnas, SKPD, Kementerian PU Pera, PMI, Tagana, dan relawan.

Dirjen Pengendalian Daerah Aliran Sungai dan Hutan Lindung  (PDASHL ) Kementerian Lingkungan Hidup dan Kehutanan (KLHK) Hilman Nugroho menyatakan, perlu ada peninjauan kembali tata ruang dan wilayah di kota Bogor dan sekitarnya. Sebab, hulu sungai Citarum dan Ciliwung berada di wilayah ini.

Dengan intensitas hujan selebat ini, maka kemungkinan banjir dan tanah lonsor sangat tinggi. Semakin berkurangnya pepohonan dan daerah serapan akan membuat air semakin tidak terbendung dari hulu. Banjir yang mengancam Jakarta juga semakin besar. ”Tata ruang di Bogor harus segera direvisi, kawasan lindung harus ditata kembali,” kata Hilman.

Di antara penataan ruang tersebut, kata Hilman adalah fokus pada daerah-daerah yang memiliki kemiringan tebing 40 derajat atau lebih. ”Tidak boleh ada pemotongan tebing yang tegak lurus karena itu akan menyebabkan longsor,” urainya.

Selain itu, kekuatan penahan tanah dan tebing juga harus di pertahankan. Di permukaan-permukaan yang miring tersebut perlu ditanam pohon. ”Paling tidak 400 pohon per hektarnya,” ucapnya.

Selain itu, Hilman mengatakan akan meninjau kembali keberadaan villa-villa yang bertengger di kawasan puncak dan sekitarnya. Keberadaan villa-villa tersebut haruslah sesuai dengan tata ruang yang telah ditetapkan. Selain itu, tidak boleh ada yang berdiri di kawasan lindung. ”Kami akan kaji lagi bekerja sama dengan pemda setempat (Pemkot Bogor,Red),” pungkas Hilman. (tau/rie)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan