Kepsek Harus Berdaya Saing 4.0

BANDUNG – Sebanyak 518 orang peserta mengikuti Seleksi Calon Kepala Sekolah Profesional (Si Kasep) di SMPN 48 Bandung, Rabu (14/11). Proses seleksi berbasis Aplikasi Si Kasep bertujuan menghasilkan Kepala Sekolah profesional yang kompeten dan tanggap pada kemajuan zaman.

”Selain memiliki kemampuan abad 21, para kepsek juga dituntut untuk mau mengabdikan diri untuk membangun pendidikan di Kota Bandung,” kata Elih kepada Jabar Ekspres usai apel pembukaan Si Kasep.

Elih mengatakan, Si Kasep merupakan inovasi dari Dinas Pendidikan Kota Bandung yang bertujuan menyelenggarakan seleksi yang profesional, akuntabel, sinergis, transparan dan inovasi. Di mana, tahapan teknis seleksi sudah sangat transparan. Proses pendaftaran online dan tes secara online menggunakan computer asissted test (CAT). ”Termasuk nanti hasilnya pun, yang lolos diumumkan secara online dengan log in personal pendaftar,” ucapnya.

Terlepas dari seleksi, Elih menuturkan, dari kajian para ahli ada beberapa tugas utama kepsek. Salah satunya, perlu dipahami dia bukan lagi guru. Bukan lagi bertugas untuk melihat dan mengawasi guru. ”Tapi lebih kepada manajerial. Tidak lagi berkutat dalam memanage kurikulum. Sekarang itu tantangnya ada memanage keuangan,” urainya.

”Sebab kecelakaan yang paling sering terjadi saat ini, termasuk di sekolah adalah kecelakaan manajemen keuangan,” sambungnya.

Dia juga mewanti, kepsek agar bisa beradaptasi dan berdaya saing dalam era industri 4.0. Dengan kata lain, kepsek perlu cepat meresponnya dengan tindakan.

Bagi Elih, semua pihak di sekolah harus tetap belajar. Aktualisasi diri dalam berbagai hal. Jangan malas. Jangan mentang-mentang sudah senior.

”Ilmu itu berkembang. Senior dan junior harus beradaptasi dengan perkembangan. Bahkan dulu (zaman Wali Kota Ridwan Kamil, Red) saya setiap tiga bulan sekali di-assesment. Memang stamina pemimpin sekarang harus terus diukur. Sebab, ekspektasi tidak boleh turun,” paparnya.

Hal lain yang perlu diperhatikan, kata Elih, saat ini komunikasi sudah horizontal. Dalam artian, sudah terkoneksi. Tidak bisa lagi menunggu instruksi. Tidak mengotak-kotakan diri antara guru, senior dan junior. ”Inklusif, hargai keberagaman. Jadi jangan marah kalau saat ini guru sudah lebih tahu duluan informasi dari kepala sekolahnya. Moal maju kitu wae mah, tidak akan maju peradaban,” paparnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan