Kemiskinan di Jabar Alami Penurunan

BANDUNG – Badan Pusat Statistik (BPS) Jawa Barat (Jabar) mencatat jumlah penduduk miskin di Jabar mengalami penurunan menjadi 394.000 jiwa.

Kepala BPS Jawa Barat, Dody Herlando memaparkan, angka gini ratio Jawa Barat per September 2017 sebesar 0,39 atau turun dari periode Maret 2017 mencapai 0,40 poin. Sehingga, angka gini ratio masuk pada kategori sedang.

’’Semakin tinggi gini ratio, menunjukkan ketimpangan yang semakin tinggi. Kalau gini ratio 0, itu bagus, artinya seimbang. Walaupun memang Jawa Barat masih sedikit di atas rata-rata nasional,’’ kata Dody kepada wartawan kemarin (21/1)

Dirinya memaprkan, gini ratio terus mengalami tren penurunan sejak 2015 lalu. mencapai 0,426 dan turun menjadi 0,40 pada September 2016, kemudian turun lagi menjadi 0,39 pada September 2017.

Menurutnya, penurunan gini ratio di Jawa Barat lebih banyak dipengaruhi penurunan kesenjangan warga miskin dan kaya di daerah perkotaan. Sebab, gini ratio di pedesaan justru sebaliknya terus mengalami kenaikan sejak 2015 lalu.

Untuk daerah pedesaan, kata Dody, angka gini ratio pada September 2017 tercatat berada pada angka 0,326 poin. Angka tersebut justru mengalami kenaikan mencapai 0,002 poin jika dibandingkan Maret 2017 sebesar 0324 poin.

“Tetapi, secara keseluruhan sejak 2015, gini ratio di Jabar cenderung mengalami penurunan. Ini menunjukkan kesenjangan di Jabar semakin menyempit,” kata dia.

Lebih lanjut, Dody mencatat per September 2017 jumlah penduduk miskin di Jawa Barat mengalami penurunan 0,88 persen menjadi 3.774.000 orang atau sekitar 7,83 persen dari total penduduk Jawa Barat sebanyak 47 juta jiwa. Sebab, pada Maret 2017, jumlah penduduk miskin di Jawa Barat mencapai 4.168.000 jiwa.

’’Kalau lihat dari RPJMD targetnya turun 5 persen, itu memang terlalu besar. Tetapi di antara 34 provinsi di Indonesia, Jawa Barat masuk 26 provinsi yang tercatat angka penduduk miskinnya turun,’’ kata dia.

Menurut Dody, ada beberapa faktor yang menyebabkan angka kemiskinan di Jawa Barat turun, diantaranya pertumbuhan ekonomi yang cukup baik yaitu diangka 5,19 persen, inflasi relatif terkendali, serta Nilai Tukar Petani (NTP) mengalami kenaikan dab bahkan tertinggi di Pulau Jawa.

’’Upah buruh juga naik signifikan yang diimbangi pengangguran terbuka mengalami penurunan dari 8,49 persen pada Januari 2017 menjadi 8,22 persen pada bulan Agustus 2017,’’pungkas Dody (mg1/yan)

Tinggalkan Balasan