Kampanye Bawa Anak, Jangan Salahkan Ibu

BANDUNG – Calon Walikota Bandung Nurul Arifin Ingin Ibu-Ibu dibolehkan ikuti acara kampanye sambil bawa anaknya. Hal itu dia ungkapkan usai acara kampanye di Kelurahan Pajajaran Kecamatan Cicendo Kota Bandung, Selasa (20/2).

”Saya lihat tadi kalau kampanye dengan ibu-ibu pasti ada anak-anak. Jangan mereka disalahkan, karena memang ibu-ibu itu tidak bisa dipisahkan dengan anaknya. Sebaliknya anaknya pun tidak bisa dipisahkan dengan ibu-ibu,” katanya.

Nurul berharap ibu-ibu tidak terhalang untuk beraktifitas politik karena memiliki anak kecil yang harus selalu di jaga. Apalagi tak semua ibu rumahtangga mampu membayar babysitter agar bisa ikut berkampanye.

Perempuan berkacamata tersebut ingin kehadiran ibu-ibu rumah tangga dengan anaknya dalam acara kampanye tidak dianggap melanggar aturan. Dia minta otoritas Pilkada tidak menganggapnya sebagai mobilisasi anak dalam kampanye politik.

“Ini satu apresiasi kegairahan dari ibu-ibu yang ingin mencoba berkontribusi dan memberikan suara pada perempuan. Saya kira jangan dihalang-halangi. Biarkan ini alamiah,” ujarnya.

Pada acara tersebut Nurul kembali mengajak ibu-ibu rumahtangga bersama-sama dengannya membangun dan membuat sejarah sejarah baru di kota bandung dengan memilih perempuan jadi pemimpinnya.

Sementara itu, hari ke-4 kampanye Calon Walikota Bandung Oded M. Danial blusukan menyusuri gang-gang di wilayah Pagarsih.Memasuki waktu Dzuhur kader PKS tersebut menyempatkan Shalat berjamaah di Masjid Al Azhar RW 07 Kelurahan Sukahaji kota Bandung.

Usai shalat berjamaah Mang Oded dan rombongan makan siang di salah satu Warteg di jalan Pagarsih. Dia tidak sungkan memilih menu makannanya dan makan dengan lahap. ”Warteg ini makannannya sederhana tapi enak. Mungkin karena kita sudah keliling dari pagi, jadinya lahap juga,” katanya di RW 07 Kelurahan Sukahaji kota Bandung, Selasa (20/2).

Usai makan, Mang Oded bercerita masa lalunya yang pernah jadi pedagang di Pasar Ciroyom. ”Saya sih sudah biasa makan di warteg, di Ciroyom. Dulu saya pernah jualan jagung dan kelapa di pasar Ciroyom, sekitar tahun 1997, pas lagi krisis moneter,” tuturnya.

Pria yang suka memakai kopiah tersebut mengaku sangat  menikmati  suasana makan di warteg. Hal itu mengingatkan dia akan masa mudanya yang penuh kerja keras menafkahi keluarga. “Ini nostalgia buat saya,” ucapnya. (gun)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan