Jadikan Sekolah Sebagai Taman Siswa

Sumedang – Meninggalnya Ahmad Budi Cahyono, seorang Guru Seni Rupa SMAN 1 Torjun Sampang Madura, akibat dianiaya muridnya menghentak dunia pendidikan. Percaya atau tidak, itulah realita dunia pendidikan di tengah transformasi kehidupan sosial kemasyarakatan. Mau sampai kapan hal itu bisa terjadi serta bagaimana caranya agar kejadian serupa tidak terulang kembali di masa yang akan datang?

Untuk menjawabnya, Paguyuban Motekar bersama Yayasan Al Barokah Een Sukaesih menggelar diskusi publik bertajuk Implementasi Pendidikan Berbasis Kasih Sayang, Sabtu (10/2) lalu di Rumah Pintar Al Barokah, Cibeureum Wetan, Cimalaka Sumedang. Hadir sebagai pembicara, kriminolog Maman Suherman, budayawan Acil Bimbo dan peraih Een Sukaesih Award (ESA) tahun 2017 Yuli Badawi.

”Ini pertemuan berharga. Kita meluangkan waktu untuk membicarakan nilai-nilai. Hari ini kita mulai meninggalkan nilai-nilai budaya. Kejadian di Sampang, mengingatkan kita semua akan pentingnya nilai-nilai budaya dalam pendidikan,” ungkap Acil Darmawan Hardjahusumah atau yang lebih dikenal dengan Acil Bimbo.

Menurutnya, di zaman yang penuh dengan tantangan yang seringkali kita menyebutnya ‘zaman edan’, perlu ketahanan budaya. ”Di Sunda ada nilai silih asah, silih asih dan silih asuh. Dalam budaya, saya kembangkan kegiatan Jaga Lembur. Di pendidikan ada Ibu Een Sukaesih dengan pendidikan berbasis kasih sayangnya. Tinggal kita konsisten melaksanakannya,”| pinta Acil.

Maman Suherman yang akrab disapa Kang Maman menyampaikan keprihatinannya. Kejadian kekerasan di sekolah maupun di rumah tidak lepas dari pengaruh masih rendahnya budaya literasi kita. Padahal budaya literasi mempengaruhi kebahagiaan serta cara pandang dan pola sikap masyarakat. Indonesia dengan mayoritas umat Islam belum mampu melaksanakan ajaran Islam yang menekankan pentingnya literasi.

”Kita 85 – 90 persen umat Islam. Jelas, perintah pertamanya Iqro. Jelas surat kedua yang diturunkan Al Qolam, pena, tulislah. Dua ilmu yang akan membuat kita selamat dunia dan akhirat. Banyak baca, Iqro dan tulislah. Tapi apa betul kita sudah umat Islam yang literat ?” ungkap Maman.

Menurut UNESCO minat baca orang Indonesia itu cuma 0,001. Artinya saat 1.000 orang Indonesia berkumpul, yang suka baca cuma 1 orang. ”Jadi dari 280 juta orang Indonesia, yang suka baca hanya 280 ribu. Sementara yang menyalahgunakan narkoba 5,9 juta orang,” sambung Maman.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan