Hobi Bisa Jadi Sumber Korupsi

BICARA soal hobi, memang tidak akan ada habisnya. Sebab, orang umumnya tak sungkan untuk menyisihkan budget, waktu, hingga tenaga untuk memenuhi hasrat hobinya itu.

Nyatanya, hobi itu sendiri bagi Kepala Dinas Pendidikan Kota Bandung Elih Sudiapermana sebagai sesuatu yang memiliki dua muka: menyehatkan sekaligus meracuni. Hobi olahraga misalnya.

Saat ditemui beberapa waktu lalu, mantan dosen di IKIP (saat ini UPI) tersebut itu mengaku, tidak terlalu menyenangi olahraga apapun. Meski menyehatkan. Elih mengaku, dia hanya secukupnya saja saat melakukan olahraga. Apapun.

”Renang, iya. Sepeda, iya. Secukupnya,” kata Elih kepada Jabar Ekspres di Hotel Topaz, Kota Bandung, beberapa waktu lalu.

Bagi ayah empat orang anak ini, menyukai secukupnya akan membuat orang terhindar dari bahaya. Sebab, dalam pandangan dia, menekuni hobi terlalu berlebihan bisa menjadi sumber korupsi.

Contoh bersepeda. Warga Bumi Panyileukan, Kota Bandung itu mengaku, punya sepeda standar. Kalau pun mengayuh sepeda, dia tidak pernah sampai menghabiskan waktu hingga setengah hari. ”Saya paling sering mengelilingi SOR GBLA. Maksimal dua keliling. Setelah itu pulang,” ucapnya.

Elih mengaku, saat ini dalam kondisi sehat. Tapi tidak mau mendorong dirinya sendiri untuk mencintai olahraga berlebihan. Padahal, dia sendiri, dulu merupakan atlet sepakbola.

Dia mencontohkan, orang yang menekuni hobi akan selalu mencari celah untuk menutupi hasrat hatinya. Akhirnya ketergantungan.

Tidak hanya membohongi pasangan hidup, bila perlu. Tapi juga mencari celah menggerogoti anggaran dari tempat pekerjaan. ”Sudah punya sepeda harga Rp 10 juta, pasti naik kelipatan angkanya. Tahu-tahu sepedanya banyak,” urainya.

”Memang tidak semua menuntut jadi korupsi. Tapi hobi itu sendiri akan menggerus banyak uang. Makin ditekuni, makin mahal,” tambahnya.

Bagi dia, hal-hal yang bersifat berlebihan baiknya dihindari. Begitu pun dengan ibadah. Dia mengaku, umat yang menekuni ibadah dengan tekun akan diterpa godaan lebih tinggi. Salah satunya sombong.

”Orang yang kali pertama menunaikan ibadah haji itu sulit. Tapi, selalu saja ada orang yang sudah lima kali berhaji juga tidak cukup. Makanya, saat ini pemerintah melalui Kementerian Agama membuat batasan bagi mereka yang hobi berhaji,” tandasnya. (rie)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan