Hayu! Bantu Pembangunan Ruang Kelas SMP Cendikia yang Roboh

CIANJUR – 104 siswa SMP Cendikia Sukahegar (SMP CS) hingga saat ini masih tetap semangat belajar di dalam masjid. Hal itu lantaran ruangan kelas mereka roboh pada 7 Maret lalu. Tak ada korban jiwa dalam musibah pendidikan itu. Hanya ruangan bangunan dan sejumlah peralatan lainnya di dalam kelas itu hancur.

Ketua Umum Yayasan Lathifa Cendikia (YLC), Deri Busaeri mengatakan, SMP Cendikia Sukahegar saat ini tidak memiliki tempat untuk belajar. Selain itu, semua bangku pun rusak akibat tertimpa bangunan.

“Kalau korban jiwa tidak ada. Tapi bangunan dan bangku rusak. Dari 40 bangku yang tersisa ada sembilan lagi,” ujar Deri.

Dia menambahkan, untuk melaksanakan kegiatan belajar mengajar (KBM), pihaknya menggunakan bangunan mesjid yang disekat-sekat. ”Sementara ini kita gunakan mesjid yang sudah disekat untuk belajar,” tambahnya.

Ketua Umum Himpunan Mahasiswa Islam (HMI) Cabang Cianjur Periode (2017-2018) M. Fajar Firdaus, S.Pd.I, mengaku prihatin dengan musibah yang terjadi di SMP CS tersebut. Apalagi lokasinya hanya 9 kilometer dari kantor Bupati.

Kepada Fajar, Dery mengaku telah mengajukan permohonan bantuan kelas secara berulang-ulang sejak tahun 2015, namun tidak kunjung mendapatkan konfirmasi yang jelas. ”Artinya bagi saya, selama tiga tahun ini, permohonan-permohonan itu tidak ditanggapi sama sekali. Seorang petani (wali siswa) tanggap melengkapi, bahwa saat ini masyarakat telah menggagas gerakan 1000 batako agar SMP CS lekas punya kelas. Beberapa pengusaha galian pasir sekitar juga telah memberi konfirmasi kepada aparatur desa Panyusuhan, bahwa pihaknya akan memberi bantuan berupa pasir. SMP CS mengaku tengah mengajukan diri agar menjadi penerima CSR (Corporate Social Reponsibility) dari sejumlah perusahaan,” kata Fajar.

Fajar pun mengkritisi lembaga-lembaga yang berkait dengan pendidikan seperti Dinas Pendidikan kabupaten Cianjur dan anggota legislatifnya, yang seolah tak memiliki peran. “Padahal lembaga tersebut berbekal APBD untuk alokasi pendidikan. Anggota perangkat legislatif komisi pendidikan Dapil 3 Cianjur (termasuk Kecamatan Sukaluyu) yang berjanji di masa kampanye 2014 lalu, juga kini menjadi tidak jelas berperan. Padahal konon, ketua DPRD Kabupaten Cianjur juga berasal dari desa yang sama dengan domisili SMP tersebut,” tandasnya.

Tinggalkan Balasan