Harga Cengkeh Malah Murah

PURWAKARTA – Saat ini, para petani cengkeh di wilayah Kabupaten Purwakarta sebagian telah memasuki masa panen. Namun sayang, angin segar belum berpihak kepada para petani cengkeh. Alasannya, kini harga cengkeh tengah merosot tajam. Sebagian wilayah Kabupaten Purwakarta, merupakan daerah dataran tinggi atau pegunungan, yang banyak ditumbuhi tanaman cengkeh, di antaranya, Kecamatan Wanayasa dan Kiarapedes.

Selama ini, masyarakat di wilayah tersebut, banyak diantaranya mengandalkan penghasilan dari hasil tanaman campuran membuat roko tersebut.

Wawan, 52, salah seorang petani cengkeh asal Kampung Margasari, Desa Garokgek, Kecamatan Kiarapedes, mengatakan saat ini harga cengkeh dalam posisi kering berada di kisaran Rp 88 ribu per kilogram. Padahal, tahun lalu harganya mencapai Rp 120 ribu per kilogram.

”Panen tahun ini harga cengkeh di bawah Rp 100 ribu perkilogram dalam kondisi kering. Padahal, tahun tahun lalu bisa sampai Rp 120 ribu, bahkan lebih,” ujar Wawan, kemarin (18/7).

Namun demikian, Wawan tak bisa memastikan apa yang menjadi penyebab merosotnya harga cengkeh ini. ‎Dengan kondisi tersebut, kata dia, jelas membuat petani gigit jari, lantaran tak bisa menikmati harga mahal.

”Ya terpaksa kami jual, meskipun harganya murah. Tapi, bagi petani bermodal besar, mungkin cengkeh hasil panennya tak langsung dijual. Melainkan, disimpan dulu setelah harganya bagus baru dilepas ke pasaran,” jelas dia.

Wawan menjelaskan, mayoritas warga di wilayahnya memiliki pohon Cengkeh. Setiap pohon yang usia remaja atau umurnya antara 15-20 tahun, baru bisa menghasilkan cengkeh. Dalam setiap pohon, hasilnya variatif. Yakni, antara 20 sampai 30 kilogram per pohonnya.
”Kalau pohonnya yang dewasa usia hasilnya bisa tembus satu kuintal dalam sekali panen. Hampir seluruh warga memiliki pohon cengkeh. Mungkin, rempah-rempah ini menjadi andalan penghasilan warga kami,” ucapnya.

Dia menambahkan, untuk menghasilkan Cengkeh kualitas bagus, petani harus menjemurnya terlebih dahulu dibawah sinar matahari yang sempurna. Di wilayah ini biasanya petani menjemurnya antara empat sampai lima hari. Sedangkan, di wilayah yang suhunya lebih dingin, bisa sampai sepekan. (bon/ign)

Tinggalkan Balasan