Guru Disrupsi: Sebuah Pergeseran Peran

SEPANJANG sejarah penyelenggaraan pendidikan, peran guru selalu memiliki posisi strategis dalam mencerdaskan dan membangun peradaban bangsa. Meski, paling tidak, kita mengenal dua belas peran guru yang berlangsung selama ini yaitu: pendidik, pengajar, sumber belajar, fasilitator, pembimbing, demonstrator, pengelola, penasehat, motivator, innovator, pelatih dan evaluator.

Seiring dengan perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi, kini peran-peran guru tersebut juga mengalami pergeseran dan perubahan terlebih lebih di masa disrupsi seperti sekarang.

Sebelum membahas perge­seran dan perubahan guru pada era disrupsi ini, mari kita lihat apa dan bagaimana era disrupsi itu.

Dalam penegasannya Rhe­nald Kasali (2018) mengatakan bahwa disruption itu bukan sekadar fenomena hari ini (today), melainkan fenomena ”hari esok” (the future) yang dibawa oleh para pembaharu ke saat ini, hari ini (the present). Bila dianalogikan dalam ba­hasa Sunda dikenal istilah babasan ”nganjang ka pa­geto” (berkunjung ke masa depan) maka disrupsi adalah paradoksnya, apa yang ter­jadi/ada di masa depan saat ini sudah hadir di tengah-tengah kita hari ini (pageto nganjang ka kiwari).

Selanjutnya keadaan era disrupsi digambarkan oleh Muhammad Nur Rizal (2017) sebagai situasi di mana per­gerakan dunia industri atau persaingan kerja tidak lagi linear. Perubahannya sangat cepat, fundamental dengan mengacak-acak pola tatanan lama untuk menciptakan tatanan baru. Disrupsi meng­inisiasi lahirnya model bisnis baru dengan strategi lebih inovatif dan disruptif. Cakupan perubahannya luas mulai dari dunia bisnis, perbankan, transportasi, sosial masyara­kat, hingga pendidikan.

Era ini akan menuntut kita untuk berubah atau punah. Jauh-jauh sebelumnya Ge­orge Bernard Shaw melalui quotenya: ”Progress is impo­sible without change and those who cannot change their mind cannot change anything” (tidak mungkin ada kema­juan tanpa perubahan dan barangsiapa tidak mengubah pola pikirnya ia tidak bisa mengubah apapun) telah mengingatkan kita tentang pentingnya perubahan.

Pada era disrupsi ini peruba­han ke arah digitalisasi akan menjadi keniscayaan, kita me­lihat hilangnya para petugas pemungut biaya jasa jalan tol yang perannya digantikan dengan chip e-toll, sangat di­mungkinkan kedepannya pe­ran teller di dunia perbankan maupun di supermarket-su­permarket perlahan tapi pasti juga akan digantikan dengan produk-produk digital.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan