Demul Ajak Warga ‘Ngagubyag’ Empang

CIAMIS – Calon Wakil Gubernur Jawa Barat Dedi Mulyadi mendapat tantangan dari warga Dusun Cikole Desa Cijulang Kecamatan Cihaurbeulit, Kabupaten Ciamis. Ajakan itu terbilang tak biasa. Sebabnya mantan Bupati Purwakarta dua periode itu diajak ‘ngagubyag’ empang milik warga setempat.

‘Ngagubyag’ sendiri merupakan kebiasaan orang Jawa Barat saat memperoleh kegembiraan. Ikan yang berada di empang ditangkap tanpa mengosongkan air di empang tersebut. Seluruh warga bahu membahu mencoba menangkap ikan tanpa menggunakan alat bantu.

Keceriaan memang tampak mengiringi suasana ‘ngabubyag’ yang dalam tradisi lokal rakyat Ciamis bernama ‘ngobeng’ tersebut.

Salah seorang warga setempat, Ace Hasan, 40, mengatakan mengetahui kehadiran Dedi Mulyadi di kampungnya atas pemberitahuan warga lain. Spontan, dia menemui pasangan Deddy Mizwar tersebut dan mengajaknya untuk turun langsung ke empang.

”Ada yang bilang Kang Dedi sedang kunjungan. Jadi, saya ajak saja ikut. Alhamdulillah ternyata mau,” kata Ace, kemarin (20/4).

‘Ngagubyag’ bukanlah tradisi aneh bagi Dedi Mulyadi. Pria yang besar di lingkungan kampung itu biasa ‘ngagubyag’ saat kecil dulu.

Bahkan, kebiasaan ini tidak pernah dia tinggalkan saat menjabat sebagai Bupati Purwakarta. Dedi Mulyadi selalu menyelipkan acara ‘ngagubyag’ dalam berbagai kesempatan seperti Peringatan Hari Kemerdekaan Indonesia dan Hari Jadi Purwakarta.

Hujan deras tidak menyurutkan niat pria yang dikenal dekat dengan masyarakat itu untuk turun ke empang. Bersama warga lain, Dedi Mulyadi berhasil menangkap beberapa ikan seperti ikan mas dan gurame.

”Sejak kecil ya begini, senang saja bareng-bareng kan guyub ya. Tapi ada sedikit perbedaan, di kampung saya gak pakai alat bantu, di sini pakai ternyata,” kata Dedi.

Spirit Gotong Royong

Dedi mengungkapkan, dalam tradisi ‘ngagubyag’ terdapat spirit gotong-royong untuk membantu sesama warga. Karena, hasil tangkapan ikan biasanya tidak dibawa ke rumah oleh warga yang berhasil menangkapnya. Biasanya, ikan tersebut langsung dibagikan atau dimasak bersama-sama dan dimakan bersama nasi liwet secara berjamaah. ”Ada spirit gotong royong di dalamnya. Ikannya dimakan bareng-bareng bersama warga lain,” ungkapnya.

Salah satu kader terbaik Nahdlatul Ulama tersebut berharap agar tradisi ‘ngagubyag’ tetap lestari. Selain berfungsi sebagai perekat kebersamaan di tengah masyarakat, tradisi itu juga memiliki peran strategis menciptakan ketercukupan gizi.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan