Dampak Bonus Demografi Bagi Perempuan

PERAN perempuan dalam arah pembangunan sangat menentukan. Kita bisa ambil contoh misalnya di bidang politik dan ekonomi. Tercatat lebih dari separuh pemilih dalam pemilu legislatif, pemilihan kepala daerah maupun pemilihan presiden merupakan pemilih perempuan. Sedangkan di sektor ekonomi, perempuan tanpa disadari merupakan pihak utama yang menyebabkan kondisi demografi saat ini yang sangat menguntungkan. Namun, harus diakui peran perempuan sering kurang mendapat perhatian.

Peluang

Publikasi Mckinsey Global Institute menyebutkan Indonesia mempunyai peluang menjadi salah satu negara dengan tingkat ekonomi maju pada tahun 2030. Laporan ini sebenarnya sejalan dengan konsep bonus demografi. Sekarang, kondisi ini mulai kita lalui dan mencapai puncaknya pada tahun 2030. Bonus demografi kurang lebih diartikan sebagai peluang (the window of opportunity) bagi kemajuan bangsa. Hal ini berpotensi besar karena perbandingan penduduk usia produktif jauh lebih besar (lebih dari 2 kali lipat) dibandingkan penduduk tidak produktif (lansia dan anak).

Pengalaman membuktikan banyak negara di dunia telah menikmati kondisi demografi ini sebagai suatu berkah dan bonus. Sebut saja Rusia, Tiongkok, Jepang dan Korea. Bahkan bonus demografi telah menjadi salah satu keajaiban kemajuan ekonomi Asia Timur. Namun, ada hal yang sering terlupakan. Syarat kondisi demografi yang menguntungkan ini menjadi suatu bonus dan keberkahan salah satunya adalah peran perempuan yang meningkat di berbagai bidang terutama ekonomi. Bahkan data dari Mckinsey Global Institute menyatakan bahwa peningkatan pemberdayaan perempuan mempunyai peluang menyumbang Produk Domestik Bruto global sebesar US$12 triliun pada 2025. Potensi yang luar biasa jumlahnya.

Suatu Proses

Sedikit mundur ke belakang, kondisi demografi saat ini tak lepas dari peran separuh istri pasangan usia subur yang bersedia untuk ber-KB (Keluarga Berencana) sejak era Presiden Soeharto tahun 1970-an. Saat itu perempuan mempunyai rata-rata 5 orang anak. Dengan jumlah ini, kondisi perempuan sudah kelelahan melahirkan, kesehatan menurun, hingga anak-anak yang kurang terurus. Dengan keberhasilan program KB hingga akhir 90-an, rata-rata anak yang dilahirkan turun menjadi 2 hingga 3 anak (TFR = 2,6).

Dengan kondisi ini, orang tua dapat lebih peduli pada kualitas kondisi anak, khususnya terkait kesehatan dan pendidikan. Perlu diingat, peran ibu sangat menentukan pembentukan karakter dan kemampuan kognitif anak mulai dari 1000 hari pertama kehidupan. Dengan manusia yang berkualitas, berkarakter, sehat, cerdas, produktif serta berdaya saing tentu akan mewujudkan prediksi dari Mckinsey sebelumnya. Negara pun diuntungkan dengan berkurangnya beban pembangunan akibat menurunnya jumlah anak yang dilahirkan yang belum produktif dalam pasar kerja.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan