Ciplukan Kini Jadi Buah Termahal

Dulu tanaman ini dianggap semak belukar biasa. Namun, buah Ciplukan ternyata memiliki manfaat untuk menyebuhkan berbagai macam penyakit dan banyak dicari orang. Bahkan, buah Ciplukan yang sudah dikemas dan di jual di supermarket bisa mencapai ratusan ribu rupiah.

Yully Yulianti, Ciwidey

CIPLUKAN tanaman yang dulu dianggap gulma ini se­betulnya sudah banyak dike­nal hampir di seluruh wi­layah Indonesia. Tak heran bila ciplukan punya banyak sebutan. Tumbuhan yang bernama latin Physalis Angu­lata L ini juga dikenal sebagai cecendet di Jawa Barat.

Kendati dulu ciplukan be­gitu diabaikan, namun siapa sangka kini ciplukan telah dikonsumsi dan dijual di ber­bagai toko modern. Bahkan, harga jual pun mecapai Rp 250 ribu per kilogramnya. Mahalnya harga buah ciplu­kan ini tentu bukan tanpa sebab. buah ini dipercaya memiliki manfaat menyem­buhkan berbagai penyakit.

Ciplukan sendiri adalah buah yang berasal dari Ame­rika yang kini tumbuh subur di wilayah tropis Indonesia. Bahkan ternyata ciplukan ini sudah banyak dimanfaatkan oleh banyak negara untuk mengobati berbagai penyakit. Ciplukan dijadikan jus untuk digunakan sebagai obat pe­nenang, pembersih darah, dan antirematik.

Salah seorang warga Kam­pung Sindangsari Desa Ciwi­dey Kecamatan Ciwidey Ka­bupaten Bandung, Reni Su­karyani 48, mengungkapkan setelah mengetahui bahwa buah ciplukan memiliki man­faat yang penting buat kese­hatan, dirinya pun langsung membudidayakan tanaman ciplukan tersebut.

”Saya baru satu tahun mengembangkan tanaman cecenet yang sangat baik un­tuk kesehatan ini, sehingga saat ini saya telH menanam buah ciplukan di pekarangan dan di hutan,” kata Reni saat diwawancara di kediamannya, Senin (17/12).

”Karena banyak manfaat dan banyak yang nanyain, oleh karena itu kami membudi­dayakan pohon ciplukan ini, bahkan ada yang pesan untuk di bawa ke negara Belanda, karena mereka tau manfaat buat ciplukan ini,” ujarnya.

Bukan hanya itu, lanjut Reni, warga Belanda pun akan membawa Sample buah ini ke negaranya untuk budi­dayakan di Belanda. Karena, tanaman ciplukan ini tak pernah berhenti berbuah, bahkan perawatannya pun sangat mudah dan bisa di­semai kembali pohonnya. bahkan ia pun telah memi­liki petani binaan yang men­anam pohon ciplukan ini.

Tinggalkan Balasan