Buku Amol, Terinspiasi Soekarno

BANDUNG – Fakultas Ilmu Seni dan Sastra Unversitas Pasundan (Unpas) mengajak mahasiswanya membedah buku Me Sambal You Chutney. Buku ini merupakan hasil Amol Titus asal India.

Amol Titus, Pengarang Buku

Pada Jabar Ekspres, pria kelahiran Jaipur 8 Januari 1967 itu menyebutkan judul buku tersebut terinspirasi dari hobi dirinya yang suka melakukan kunjungan wisata dan kuliner. Sepanjang perjalanan dia mengumpulkan resep makanan yang dijumpai khususnya sambal.

Dalam bahasa India Chutney artinya sambal. Walau pun bahannya hampir sama dengan sambal Indonesia tetapi kata Amol berbeda cara pengolahannya.

Lanjut dia, bukunya menggambarkan antara Indonesia dan India memiliki kesamaan budaya. ”Buku ini menggambarkan aspek apa-apa saja yang hampir sama dan aspek apa-apa saja yang hampir berbeda,” kata Amol usai mempertasikan bukunya, kemarin.

Pria lulusan S1 Sastra Universitas Delhi tersebut dalam bukunya menulis 33 cerita, puisi, dan drama. Dari setiap cerita yang dibuatnya berdasarkan imajinasi, mitos, legenda dari Mahabarata dan Ramayana. Tapi ada juga cerita yang terinspirasi dari sang proklamator Ir. Soekarno dan proklamator India Perdana Mentri Nehru.

”Saya baca teks pidatonya mereka, surat-suratnya dan dikumpulkan. Sehingga menjadi inspirasi untuk membuat buku ini,” cerita dia.

Dari 33 cerita yang dibuatnya itu, ada satu cerita yang menurutnya sangat berkesan. Dalam bukunya menceritakan pada Tahun 1946 lalu ada masalah mengenai kehidupan Bung Hatta, dan beliau menghubungi perdana Menteri Nehru. ”Menurut saya, itu sangat inspiratif. Karena saat ada kesulitan Bung Hatta masih ingat dengan India, mungkin anak muda sekarang tidak tahu soal itu,” pujinya.

Lanjut dia, buku yang saat ini sudah cetak kali kedua. Cetakan perdana pada Tahun 2015, dan ke-dua 2018 ini lebih menceritakan konsep aspek budaya karena budaya itu, unik. Dan harus terus dijaga, kalau tidak itu akan hilang. ”Dan budaya juga kaya, akan mitos, dan legenda,” terangnya.

Dia mencontohkan dalam bukunya itu ada cerita tentang Bima. Di India sendiri Bima digambarkan sosok yang sangat kuat, makan banyak, emosi. Tapi di Indonesia Bima digambarkan sosok yang kuat, tenang dan dewasa. ”Di sini (Indonesia) orang sangat pintar. Ada budaya dari India tapi di adopsi dengan lokal seperti tarian, dan lainnya tapi itu proses harus kontinu dan harus update,” ucapnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan