Bio Compound Bisa Olah Sampah

BANDUNG – Untuk men­gatasi masalah sampah, Pe­merintah Kota Bandung (Pemkot) terus mencari so­lusi terbaik dengan melakukan berbagai penelitian dari para ahli untuk diujicobakan.

Salah satunya adalah hasil penelitian Prof. Wanjat Kas­tolani, ahli lingkungan dari Universitas Pendidikan Indo­nesia (UPI). Penelitian terse­but adalah pengolahan sam­pah organik melalui bio com­pound.

”Dengan cara pengolahan ini, gas yang dihasilkan sam­pah organik berkurang, tidak mengeluarkan bau, dan mengelola sampah cuma se­hari tidak butuh waktu lama,” ungkapnya saat Pelatihan Pengolahan Sampah Bio Com­pound di Taman Sinergi RW 08 Jalan Kampus III, Kelurahan Babakansari, Kecamatan Kiaracondong, Senin (17/12).

Lebih lanjut, ia menjelaskan, hasil pengolahan sampah melalui bio compound bukan hanya sekedar menjadi media tanam. Akan tetapi juga se­bagai pembenah tanah hay­ati sehingga dapat mengurai racun di tanah.

”Caranya simpel, ada sam­pah organik bisa langsung dibuat. Sampah tersebut di­cacah kemudian dicampur dengan gebog cau (batang pohon pisang) untuk meng­inginkan tanah, campur dengan kotoran hewan, dan ditambah dengan bio com­pound,” terangnya.

Dalam kesempatan yang sama, Kepala Dinas Ling­kungan Hidup dan Kebersihan Kota Bandung, Salman Fauzi menyebutkan, sudah ada be­berapa metode pengolahan sampah seperti biodigester, pengomposan, peuyeumis­asi, dan lain-lain. Semua itu punya kelebihan dan keku­rangan masing-masing.

”Metode bio compound ini sederhana, tidak perlu alat yang banyak. Cocoknya dite­rapkan untuk skala rumah tangga dan RW,” katanya.

Sementara itu, Wakil Wali Kota Bandung, Yana Mulyana mengapresiasi penemuan cara pengolahan sampah melalui bio compound. Ada­nya metode ini dapat berman­faat bagi masyarakat. Selain memisahkan sampah yang bernilai ekonomi, masyarakat juga bisa memanfaatkan sam­pah organik menjadi media tanam.

Menurutnya, sampah mer­upakan bom waktu bagi Kota Bandung karena TPA Sarimukti. Dan kota ini dini­lai tidak mungkin punya TPA dengan sistem buang langsung seperti sekarang.

Namun demikian, metode yang digunakan, sebut Yana, bisa bermacam-macam. Hal itu disesuaikan dengan ka­rakteristik sampah yang di­hasilkan suatu wilayah. Maka metode yang digunakan pun mungkin tidak diseragamkan.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan