Biaya Membengkak, Tarif Dinaikkan

NGAMPRAH– Badan Usaha Milik Daerah (BUMD) Kabupaten Bandung Barat, PT Perdana Multiguna Sarana (PMgS) berencana akan menaikkan tarif air bersih sekitar 20 persen. Kenaikkan tarif ini dibutuhkan untuk menutupi biaya operasional yang membengkak. Hal itu disampaikan Direktur BUMD PT PMgS Denny Ismawan di Ngamprah, kemarin.

“Sudah kami ajukan kenaikannya, tinggal menunggu persetujuan Bupati. Sebetulnya, pengajuan sudah kami ajukan sejak lama, tetapi belum terealisasi. Karena untuk kenaikkan tarif ini untuk yang pertama kalinya sejak berdirinya pada 2011 lalu,” ujarnya.

Menurut Denny, saat ini rata-rata tarif air bersih untuk kebutuhan rumah tangga, yaitu Rp 3.400/meter kubik. Setelah kenaikan tarif, akan menjadi sekitar Rp 4.000/meter kubik. Kenaikan ini masih dalam hal wajar sesuai dengan aturan dari pemerintah pusat.

Dia mengungkapkan, kenaikan tarif dibutuhkan lantaran setiap tahun biaya operasional terus bertambah, sedangkan tarif tidak mengalami kenaikan selama tujuh tahun terakhir. “Selain biaya pemeliharaan, gaji pegawai setiap tahun juga kan selalu naik. Ini berdampak terhadap penambahan biaya operasional,” katanya.

Meski demikian, lanjut dia, kenaikan tarif tersebut sebenarnya masih jauh lebih rendah dibandingkan dengan biaya operasional untuk setiap meter kubik yang mencapai Rp 11.000. Namun, pihaknya pun tak bisa menaikkan tarif seenaknya lantaran perusahaannya merupakan BUMD.
“Harus ada persetujuan Bupati dulu. Sebab selain berorientasi bisnis, BUMD juga harus mempertimbangkan pelayanan publik,” tuturnya. Denny juga mengungkapkan, hingga kini pihaknya masih mengandalkan keuntungan dari pemasangan sambungan baru. Tarif untuk pemasangan saat ini yaitu Rp 2,5 juta.

Munculnya perumahan-perumahan baru, menurut dia, memang menjadi potensi pelanggan baru BUMD. Namun, sejauh ini belum semuanya bisa terlayani. “Sebab, terkendala infrastruktur juga. Apalagi, banyak lokasi perumahan yang ada di daerah perbukitan, sehingga debit air rawan tersendat jika tekanan rendah,” katanya.

Dia mengakui, beberapa bulan terakhir pun pasokan air cukup tersendat lantaran kemarau. Akibatnya, untuk sebagian pelanggan diberlakukan penyaluran air secara bergiliran. Hal itu dilakukan hingga debit air kembali normal.

Dengan infrastruktur yang ada sekarang, menurut Denny, BUMD hanya bisa melayani kebutuhan air bersih untuk maksimal 5.000 pelanggan. Saat ini, jumlah pelanggan sudah mencapai 4.000 lebih, tersebar di Kecamatan Ngamprah, Padalarang, Cisarua, dan Cikalongwetan. “Kita menargetkan jumlah pelanggan bisa terus bertambah hingga akhir tahun ini,” pungkasnya. (drx)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan