Bendera Kuning Berderet di Rumah Korban

Purwani semakin terhenyak ketika melihat beberapa penumpang berbaju oranye duduk di luar bus. Dress code yang digunakan memang baju oranye. Setelah itu, bus yang ditumpangi Purwani berhenti sekitar 100 meter di depan tempat kejadian perkara (TKP). Dia pun bergegas turun dengan perasaan tidak keruan. Purwani sempat menolong dengan memberi minum korban luka yang sudah duduk di sekitar bus. Saat itu belum ada satu pun korban meninggal yang dikeluarkan dari dalam bus. Dia merasa pertolongan dari petugas medis tidak segera datang.

Setelah beberapa saat menolong, Purwani lemas. Dia pun dituntun seseorang untuk beristirahat di sebuah warung yang tak jauh dari lokasi kecelakaan. Baru kemudian datang petugas medis serta penolong lain untuk membantu evakuasi korban dari dalam bus.

Dia mengaku tidak ada firasat khusus terkait dengan kecelakaan itu. Namun, ketika berbelanja baju oranye di pasar Tanah Abang Selasa lalu (6/2), dia mendadak ingin membeli baju berwarna hitam. ”Padahal dress code-nya oranye. Tetapi, entah kenapa saya ingin sekali membeli baju hitam. Saya beli dua potong, belum saya pakai sampai sekarang,” tuturnya.

Ibu tiga anak itu mengaku belum bisa bertakziah ke rumah korban. Sebab, dia harus menenangkan diri dulu. Dia berjanji segera berkunjung ke rumah setiap anggota koperasinya setelah merasa tenang. Dikatakan, baru kali ini RAT dilaksanakan di lokasi yang jauh. Itu berkat masukan beberapa anggota.

Sementara itu, prosesi pemakaman di TPU Legoso menyedot perhatian ratusan warga. Sarmidi, 50, terlihat sangat terpukul dan sempat histeris di pemakaman. Dia menangis sembari memeluk gundukan makam dua keluarganya yang meninggal dalam kecelakaan itu. Yakni adik kandungnya, Liliyanah, 48, dan kakak iparnya, Masiyah, 52. Sambil dituntun kerabat, dia meninggalkan pemakaman,

Sarmidi tinggal berdekatan dengan Liliyanah dan Masiyah. Sehari-hari Liliyanah mengurusi keluarga Sarmidi. Sebelum berangkat ke Subang, Liliyanah sempat menyiapkan makanan untuk keluarga Sarmidi. ”Ini sarapannya. Besok tidak masak lagi,” ucap Sarmidi, menirukan perkataan terakhir Liliyanah. Dia sama sekali tidak punya firasat aneh.

Sarmidi hanya mengira, karena perjalanan jauh, Minggu pagi adiknya tidak bisa menyiapkan makanan. ”Ya saya bilang selamat jalan,” tutur Sarmidi. (*/c11/oki)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan