Bendera Kuning Berderet di Rumah Korban

Ketua KSP Permata Purwani Yuli Astuti menceritakan bahwa dirinya berada di bus nomor 3. Sedangkan yang celaka adalah bus nomor 1. Ketika kecelakaan terjadi, bus yang dia tumpangi berada di belakang bus nomor 1. Purwani menyatakan, seluruh korban meninggal adalah tetangganya.

Di sepanjang jalan dari kantor koperasi sampai Tempat Pemakaman Umum (TPU) Legoso, bendera kuning simbol kematian nyaris berderet di rumah para korban meninggal. Antara satu rumah dan rumah lainnya tidak jauh.

Perempuan 62 tahun itu mengatakan, bus nomor 1 memang disiapkan untuk anggota koperasi dari RT 2, 8, dan 7. Rumah mereka berdekatan. Sedangkan bus nomor 2 berisi warga dari RT 4 dan peserta lain. Kemudian, bus nomor 3 berisi undangan dari kelurahan, Pemkot Tangsel, serta aparatur lain. Nah, seluruh pengurus koperasi disebar ke tiga bus tersebut sebagai pendamping.

Dia menceritakan, Siti Mulyamah selaku bendahara koperasi bertugas mendampingi peserta di bus nomor 1. Siti merupakan 1 di antara 27 korban meninggal dalam kecelakaan itu. Satu korban meninggal lain adalah pengendara Honda Beat. ”Dia itu luar biasa. Seperti belahan jiwa saya,” kenang Purwani saat ditemui di kediamannya sekaligus kantor koperasi. Perempuan kelahiran Solo tersebut menceritakan, tidak ada kejanggalan apa pun saat perjalanan tamasya itu dimulai.

Dalam jadwal yang sudah dirancang, diperkirakan bus sampai di lokasi pertemuan pada pukul 10.00. Kemudian, pada pukul 12.00 acara bisa diakhiri, lalu peserta mengisi waktu dengan mengunjungi tempat wisata air panas Ciater, Subang. Tetapi, perkiraan waktu itu meleset.

”Karena terjebak macet di tol,” jelasnya. Akhirnya, rombongan baru tiba di lokasi acara pada pukul 13.00. Acara inti di Bakmi Setia Budi 369 tersebut berlangsung sekitar 2,5 jam. Kemudian, pada pukul 16.30, seluruh rombongan bertolak menuju Tahu Susu Lembang. Kegiatan santai di lokasi itu hanya berdurasi 30 menit. Dari Tahu Susu Lembang, rombongan berangkat menuju Ciater dan melewati tanjakan Emen.

Sempat ada diskusi apakah tetap ke Ciater atau tidak. Sebab, ada informasi bahwa lokasi pemandian air panas Ciater hanya buka sampai pukul 17.00. Tetapi, akhirnya diputuskan tetap sesuai jadwal, yakni berkunjung ke Ciater. Lalu, perjalanan berujung maut itu terjadi. Ketika bus yang dia tumpangi melewati tanjakan Emen, banyak penumpang yang terlelap. Dia mengakui tidak melihat persis kecelakaan bus pariwisata Premium Passion dengan nomor polisi F 7959 AA yang dikemudikan Amirnudin, 32, itu. Dia terhenyak ketika melihat bus di depannya terguling di pinggir tebing. ”Saya hafal cat busnya. Itu rombongan saya,” tuturnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan