Anak-Anak Berteriak Takut Gempa

CIMAHI – Sedikitnya 150 siswa Sekolah Dasar Juara Kota Cimahi berlari berhamburan dengan teriakan untuk berusaha melindungi dirinya dengan bersembunyi di bawah meja belajar dan ada juga yang jongkok di sudut-sudut ruangan.

Seolah takut tertimpa sesuatu para siswa tersebut meletakan tas yang dibawanya di atas kepala untuk melindungi dirinya. Di gedung berlantai dua yang berlokasi di Jalan Rorojongrang, Komplek Perumahan Pharmindo, Kelurahan Melong, Kecamatan Cimahi Selatan itu, tampak anggota dari Satuan Tugas (Satgas) Taruna Siaga Bencana (Tagana), dan guru SD Juara, berusaha tidak panik sambil terus menenangkan anak-anak sekolah.

Satu persatu, murid yang sedang berada di dalam kelas diturunkan ke tengah lapangan sekolah ketika sirine meraung-raung tanda gempa terjadi, di tengah kegiatan belajar mengajar, Jumat (5/10) sekitar pukul 09.00 WIB. Dan akhirnya para siswa tersebut berhasil dievakuasi seluruhnya tanpa ada kekurangan seorang muridpun.

Kehebohan tersebut ternyata bagian dari simulasi kebencanaan yang diselenggarakan oleh pihak sekolah bekerjasama dengan Tagana sebagai bentuk antisipasi dan edukasi penyelamatan diri saat terjadi bencana.

Hermawan, Koordinator Psikososial Satgas Tagana Kota Cimahi mengungkapkan, simulasi bencana untuk gempa bumi sangat penting diberikan terutama pada murid-murid sekolah dasar. Sebab, bencana gempa bisa terjadi kapan saja.
Dia menilai, pemahaman kebencanaan sebaiknya harus dilakukan sejak dini. Sehingga dapat meminimalisir potensi korban jiwa.

“Misalnya di sekolah, mereka pasti akan panik karena tidak ada orangtua, sedangkan guru jumlahnya terbatas. Tahap awal, misalnya ketika gempa mereka harus paham dimana harus berlindung, kalau gempanya agak lama jangan panik, kalau sudah reda ikuti instruksi guru untuk turun pelan-pelan lewat tangga,” jelasnya.

Sementara itu, Kepala Sekolah SD Juara, Nurzaman, mengatakan jika guru di sekolah wajib menguasai cara evakuasi diri anak-anak yang menjadi tanggung jawabnya. Sebab, peran guru selain mendidik adalah melindungi anak ketika di sekolah.

Selain menguasai cara mengevakuasi, seorang guru juga mesti memahami cara memberikan trauma healing pada murid yang jadi korban bencana.

“Anak-anak butuh bimbingan dan sosok yang bisa mengembalikan semangat dan mengobati trauma mereka. Tadi guru-guru dibekali cara trauma healing oleh Tagana, dan memang butuh waktu lama untuk mengobati trauma anak-anak,” pungkasnya. (ziz/yan)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan