Alat Penerjemah Gerakan Tangan Menang di Jepang

BANDUNG – Tim gabungan dari mahasiswa ITB dan Gwangju University mempe­roleh penghargaan Excel­lence pada ajang Global Cap­stone Design Fair – Engine­ering Education Festa (E2Fes­ta) 2018 di Korea Internatio­nal Exhibition Center (Kintex) 2 Ilsan, Korea Selatan.

Direktorat Humas dan Publi­kasi ITB dalam siaran pers yang diterima di Bandung, Rabu menyatakan, tim ini terdiri atas tiga mahasiswa ITB dan dua mahasiswa Gwangju. Selain memperoleh sertifikat, tim ini juga mendapatkan hadiah berupa uang tunai sejumlah 500.000 Won Korea.

Anggota tim ini adalah Vi­olla Tania (Teknik Industri 2014), Dharma Kurnia Septi­aloka (Teknik Informatika 2014) dan Gilang Ginaris Mulia (Teknik Mesin 2014) yang berasal dari ITB serta Oh Minwoo dan Choi Kyumin yang keduanya berasal dari Electrical and Electronics, Gwangju University.

Tim bernama Let’s Talk ini berhasil memenangkan per­hargaan excellence melalui produk inovasi penerjemah gerakan tangan dari bahasa isyarat menjadi suara dan pe­nerjemah suara menjadi teks.

Produk inovasi ini dikembang­kan untuk membantu para tuna wicara dan tuna rungu dalam berkomunikasi.

Anggota tim Dharma Kurnia Septiloka mengatakan, sistem kerja alat tersebut adalah me­nangkap gerakan bahasa isyarat lalu merubah men­jadi suara.

Ia mengatakan orang yang melakukan gerak bahasa isyarat dipakaikan sarung tangan yang dipasang flex sensor, accelerometer sensor dan gyroscope sensor.

Lalu sensor-sensor tersebut, yang bakal diterjemahkan oleh alat penerjemah.

“Alat ini selain membantu menerjemahkan bahasa tubuh, juga berguna bagi orang yang normal dalam memahami gerakan dalam bahasa tubuh,” katanya.

Selain dapat mengubah ge­rakan menjadi suara, alat tersebut juga dapat mengubah dari suara menjadi huruf.

Dia mengatakan, alat terse­but sudah pernah diujicoba­kan di Sekolah Luar Biasa (SLB) Cicendo Bandung dan menda­patkan hasil yang bagus.

Banyak para penyandang disabilitas merasa terbantu dengan adanya alat tersebut dan ke depannya ia berharap, aplikasi tersebut dapat diguna­kan untuk kebutuhan ber­komunikasi antara orang yang normal dengan yang berke­butuhan khusus.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan