Akui Masih Lemah di Kota

BANDUNG – Pasangan ca­lon nomor urut empat, De­ddy Mizwar dan Dedi Muly­adi mengakui, persentasi suaranya belum kuat di per­kotaan. Meski demikian, kon­disi tersebut berbanding terbalik dengan suara di pe­desaaan.

”Kekuatan memang merata hampir semua wilayah. Tapi kekuatan perolehan suara lebih kuat di desa-desa dan kabupaten,” tutur Calon Gu­bernur Jawa Barat nomor urut empat Deddy Mizwar, belum lama ini.

Dia mengatakan, hampir semua kabupaten memang unggul. Apabila diprosenta­sikan lebih dari 70 persen keunggulan yang telah diraih. Khususnya di kabupaten-kabupaten besar di Jawa Ba­rat yang memiliki jumlah kecamatan yang besar.

Klaim 70 persen itu sendiri, kata dia, mengacu pada hasil dua bulan kampanye. Sebab, target kemenangan 54% mu­lai dapat terbuka dengan terus masif melakukan kunjungan ke basis kekuatan atau basis suara.

”Kekurangan dikejar di dua bulan terakhir. Kini saatnya menjaga hasil suara yang te­lah ada,” katanya.

Untuk menjaga prosentase perolehan suara yang sudah didapat ini, pihaknya menga­ku lebih sering bersilahtu­rahmi langsung kepada ma­syarakat. Malah, terdapat dalam satu wilayah yang dikunjungi membutuhkan waktu sembilan hari untuk berkampanye.

”Tergantung dengan jumlah DPT-nya. Semakin luas wi­layahnya semakin lama kun­jungannya,” terangnya.

Sementara itu mengenai program unggulan yang di­jadikan branding untuk me­narik calon pemilih, Deddy Mizwar mengakui, memilih isu pengangguran untuk me­narik calon pemilih terutama pemilih generasi milenial.

”Untuk menggaet suara pe­milih milenial, utama yang menjadi fokus adalah soal pengangguran, itu semua sudah ada dalam visi dan misi saya,” ujarnya.

Namun demikian, dirinya tidak menginginkan menjual isu pengangguran hanya se­kedar janji semata. Tapi betul-betul akan direalisasikan saat dirinya terpilih nanti. Maka­nya, pihaknya ingin mengubah paradigma kampanye yang tadinya berbasis output men­jadi outcome.

”Salah satu contohnya, ba­gaimana membuka sebanyak-banyaknya uji kompetensi kepada pemuda untuk menda­patkan sertifikat. Selanjutnya bagaimana mendorong tum­buhnya usaha baru. Selain itu, tantangan terbesarnya adalah membuat iklim in­vestasi di Jawa Barat ini men­jadi bersahabat dengan para investor,” tegasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan