90 Persen Dihuni Orang Bugis, Jalan Ambruk Lima Meter

Istilah luluh lantak mungkin tepat bagi kawasan ini. Rumah terangkat, tergulung, lalu tertanam.

RIDWAN M-NURHADI, Palu

KERINGAT operator ekskavator meleleh. Terik menyengat. Di kedalaman enam meter dari tumpukan material, seorang bocah ditemukan. Telah meninggal.

Lokasinya di Perumnas Balaroa. Sebuah wilayah yang masuk daerah administratif Kecamatan Palu Barat, Kota Palu. Tepat berbatasan dengan Kelurahan Donggala Kodi, Kecamatan Ulujadi. Masih daerah Palu. Di bagian selatan, berbatasan dengan Kabupaten Sigi, Sulteng.

Bukan tsunami yang me­lantakkannya, melainkan fenomena likuifaksi. Masih efek dari gempa. Kontur Ba­laroa berbukit. Jalanan sedi­kit menanjak dari arah Jalan Manggis, akses dari Kota Palu menuju Balaroa.

Di tempat ini, mayoritas penduduknya keturunan Sul­sel. Bugis, Makassar, dan Mandar. Saat mengunjungi tempat ini, saya bertemu Asmira, 45. Seorang perem­puan asal Polman.

Matanya sembap. Air ma­tanya terus mengucur di sudut matanya. Perempuan yang mengenakan sarung batik, sesekali menyeka cai­ran bening di sudut matanya. “Saya juga kena ujian…,” ka­tanya lirih.

Dia datang didampingi anaknya, Nuradilah, 23, yang juga mahasiswi Fakultas Ke­hutanan Universitas Tadula­ko, angkatan 2014. Mereka salah satu keluarga yang ber­duka. Anggota keluarga me­reka hilang tertelan bumi.

”Adik dan sepupu saya ter­timbun reruntuhan,” ujar Nu­radilah dengan wajah muram.

Dia kesulitan menjelaskan situasi gempa. Sangat tak ma­suk akal jika membandingkan­nya dengan gempa yang se­lama ini dilihatnya di Youtube.

Adiknya, Khareunnisa, ma­hasiswi Fakultas Teknik Arsi­tektur Untad, angkatan 2016, tertelan bumi secara menda­dak, lalu dimuntahkan, lalu tertelan lagi. ”Lantai ada yang terbang, ada juga yang amblas. Terbelah dengan posisi ber­beda,” katanya.

Pengakuan Masnur, 38, lain lagi. Warga Birobuli ini men­gatakan, tiga anaknya mening­gal. Masing-masing berusia 4 tahun, 9 tahun, dan 11 tahun. “Sudah habis semua kasian,” katanya.

Warga lain yang yang datang mencari keluarganya adalah Rizki, 24, warga asal Parigi, Sulteng.

Kakak dan iparnya, Akbar dan Irma, serta ponakannya, Sarah, 9, jadi korban. Akbar sempat selamat, namun Irma dan Sarah tak lolos. “Kemun­gkinan masih banyak yang tertimbun di sini, Pak,” kata­nya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan