2 Warga Cimahi Kembali Diduga Difteri

CIMAHI – Setelah ada korba n meninggal di Kota Cimahi karena terkena penyakit Difteri, dua warga lainnya ysudah dinyatakan positif terkena penyakit Difteri.

Dua orang tersebut adalah Lia Wati, 42, warga Kelurahan Utama dan Elin Pahlefi, 25, warga Kampung Pasir Kumeli Cigugur Tengan.

Keduanya dirujuk dari RSUD Cibabat Cimahi untuk mendapatkan perawatan di Rumah Sakit Hasan Sadikin (RSHS) Kota Bandung, pada Jumat lalu (2/2)

Kepala Bidang Pencegahan dan Pengendalian Penyakit (P2P) pada Dinas Kesehatan Kota Cimahi, dr. Ars Agustiningsih, saat dikonfirmasi membenarkan adanya dua warga Cimahi yang terserang Difteri.

“Ya memang ada dua warga lain yang terkena Difteri, ini kebetulan staf surveilans Dinkes sedang melacak ke RSHS, yang satu itu memang dirawat di Ruang Flamboyan,’’kata Agustiningsih ketika di hubungi kemarin (5/2)

Menurutnya, pihaknya sedang menunggu hasil labnya seperti. Sebab, berdasarkan laporan gejalanya belum dinyatakan positif. Bahkan, berdasarkan informasi pasien bernama Elin pernah berobat ke Poli THT RSHS .

’’Nah itu saya suruh cek alasannya apa. kalau di Poli berarti rawat jalan, jadi kemungkinan bukan difteri. Intinya sampai sekarang kami belum dapat laporan lengkap,’’ kata dia.

Agustiningsih mengatakan, untuk meyakinkan agar pihaknya tidak salah menetapkan status pasien, maka pihaknya harus mengantongi hasil laboratoriumnya terlebih dahulu. Selain itu, saat ini belum dilakukan tindakan anti difteri serum (ADS) dan belum dibahas oleh Komite Ahli.

Dengan dugaan suspect Difteri tersebut, lanjut dia, petugas kesehatan sudah melakukan pengambilan apus tenggorokan terhadap lima orang terdekat yang melakukan kontak dengan kedua pasien untuk pencegahan tertular. Mereka juga akan mendapatkan obat Eritromicin Antibiotik Provilaxis selama 7 hari sampai 10 hari, diminum 4 kali dalam sehari.

“Bersamaan dengan lima orang yang melakukan kontak dengan pasien asal Pasir Kumeli, Cigugur Tengah, namun baru tiga orang yang sudah diambil sampel apus tenggorakannya. Dua orang lainnya belum, itu akan terus dilakukan,” ujarnya.

Menyinggung upaya Outbreak Response Immunization (ORI) karena seorang pasien positif difteri yang meninggal dunia, Ars menjelaskan, pihaknya sedang membuat kajian epidemiologisnya. Dan jika detailnya sudah lengkap, maka pihaknya akan mengajukan ORI kepada dinkes provinsi dan Kementerian Kesehatan.

Tinggalkan Balasan