10 Persen Warga Terancam Diabetes

BANDUNG – Dinas Kesehatan (Dinkes) Kota Bandung mengungkapkan sebanyak 12 ribu warga Bandung yang tercatat secara statistik dalam Program Pengeloaan Penyakit Kronis (Prolanis), terdapat 10 persen masyarakat berpotensi terkena penyakit diabetes melitus.

Hal tersebut diungkapkan Kepala Bidang Pelayanan Kesehatan (Kabid Yankes) Dinkes Kota Bandung, Siska Gerfianti dalam acara Senam Sehat Kolosal 18.8.18 yang digelar BPJS Kesehatan di Lapangan Sesko TNI AD, Kota Bandung (29/07).

“Potensi diabetes dan hipertensi itu sekitar 10 persen. Namun, itu kan bukan harus diabetes, jadi lebih ke punya potensi ke arah situ,” kata Siska.

Dikatakan dia, saat ini masyarakat Bandung sudah mulai banyak yang obesitas. Untuk itu, pihaknya merasa perlu menyosialisasikan pola hidup sehat. Terlebih, saat ini Kota Bandung sudah Universal Healthy Coverage (UHC), di mana masyarakat untuk mendapatkan layanan kesehatan di jamin oleh Pemkot.

“Bagi peserta Prolanis, yaitu yang diabetes dan hipertensi, yuk mulai sekarang harus mulai mengubah dari paradigma sakit menjadi paradigma sehat,” kata dia.

Menurut Siska, bagi masyarakat yang memiliki penyakit harus mengontrol agar tidak terjadi komplikasi. Dinkes Kota Bandung mencatat, penyakit diabetes melitus dan hipertensi adalah yang paling sering dialami masyarakat.

Sementara bagi masyarakat yang sehat, dirinya juga meminta tetap menjaga kesehatannya dengan pola hidup sehat, olahraga teratur, serta mengonsumsi makanan dan buah yang baik untuk fisik dan kesehatan.

“Kalau bisa, yang sehat itu yang gaya, jadi ke depan keren itu adalah sehat. Mudah-mudahan warga Kota Bandung jadi warga yang juara, paling sehat dan happy,” kata dia.

Sista menuturkan, Dinkes Kota Bandung juga memilik dua program promotif dan preventif agar masyarakat terhindar dari penyakit tidak menular. Di antaranya ialah, program Cerdik dan Patuh.

Program “Cerdik” terdiri atas cek kesehatan secara berkala, rajin berolahraga, diet sehat dengan kalori seimbang, istirahat cukup dan kelola stres. Sementara “Patuh” dibuat untuk pasien agar penyakit tidak semakin parah dan tetap terkontrol.

Program “Patuh” menganjurkan masyarakat untuk memeriksa kesehatan secara rutin dan mengikuti anjuran dokter, atasi penyakit dengan pengobatan yang tepat dan teratur, beraktivitas fisik secara aman dan menghindari asap rokok, alkohol serta zat karisoenik lainnya. (mg1/yan)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan