Upaya BOMA Pulihkan Ketertiban Tatar Sunda

Eka juga menyampaikan, bahwa ada bentuk yang mengarah pada intoleransi, pelecehan simbol negara, dan bahkan suara-suara historis yang menjadi komitmen perjuangan negara. ”Kami memperhatikan, khususnya tentang kasus Ibu Sukmawati yang menjadi ’kerak’ Bung Karno terkait pelecehan Pancasila yang ditangani Kapolda,” ujarnya.

Menurut Eka, Mang Ihin -sebutan Solihin GP berbagi pengalaman tentang kehidupannya yang pernah menjadi Panglima Siliwangi yang memperjuangkan bangsa. Dirinya menghadapi penjajah Belanda dengan senjata sekaligus menghadapi gangguan internal dari dalam. ”Mendengar perjuangannya (Mang Ihin), yang melibatkan diri langsung dengan revolusi, membuat kami bersedih dengan apa yang pernah beliau alami,” jelasnya.

Merenungkan akan gangguan-gangguan yang kian terjadi hari ini, maka perlu bagi kita sebagai generasi penerus menpelajari sejarah. Karena dengan mempelajari sejarah bukan hanya sekedar membaca peristiwa lampau. ”Tetapi, dengan sejarah, kita akan mampu memprediksi peristiwa lampau, sehingga bisa bersiap-siap menghadapi peristiwa yang akan datang. Dan sebaik-baiknya orang yang mengerti sejarah adalah orang yang tidak membiarkan peristiwa  buruk di masa lampau terulang kembali,” ujar dia.

Menurutnya, langkah yang harus diambil selanjutnya adalah bagaimana cara membangkitkan semangat perjuangan seperti Mang Ihin, yang berhasil meletakan keteladanan dalam bersikap. ”Bagaimana caranya kita bisa seperti Siliwangi yang mampu memulihkan kembali situasi daerahnya. Dan tentu saatnya kita komponen masyarakat melakukan upaya kesemestaan, yakni mendukung aparat dan jajarannya dalam upaya penegakan,” Pungkas Eka. (*/fik)

Tinggalkan Balasan