Tren Jokowi-PDIP Sejalan

jabarekspres.com, JAKARTA – Sempat anjlok pada pertengahan sampai akhir 2016, tren elektabilitas Presiden Jokowi kembali naik di sepanjang 2017. Mulai 27 persen pada Januari, 34,1 persen pada Maret, hingga terbaru mencapai 38,9 persen pada September lalu.

Mengacu pada survei Saiful Mujani Research and Consulting (SMRC), kenaikan elektabilitas itu belum diikuti semua partai pendukungnya. Hanya PDIP dan PAN yang ikut tren kenaikan, sementara PKB, PPP, Nasdem, Hanura, dan Golkar mengalami stagnasi.

Direktur Eksekutif SMRC Djayadi Hanan menyatakan, keselarasan kenaikan suara PDIP dengan elektabilitas Jokowi merupakan hal yang lumrah. Sebab sejak dahulu, baik di era pemerintahan Megawati maupun Susilo Bambang Yudhoyono, kondisi yang sama juga terjadi.

Terkait dampak terhadap partai pendukung lainnya, Djayadi menilai fakta tersebut cukup unik. Biasanya, suara parpol ikut terkerek ketika elektabilitas presiden yang didukungnya menanjak. Sebab, kepuasan terhadap presiden kerap beriringan dengan partai yang mem-back up program-program di belakangnya. ”Ini fakta menarik. Banyak di antara partai pendukung tidak mendapat imbas,” ujarnya di Kantor SMRC, Cikini, Jakarta, kemarin.

Djayadi menilai, hal itu disebabkan beberapa hal. Mulai situasi di internal partai, kegagalan partai dalam mengapitalisasi dukungan kepada presiden, hingga persepsi masyarakat. Hal itu tidak berhasil dilakukan PKB, PPP, Nasdem, Hanura, dan Golkar. ”Golkar dan PPP yang konflik di internal atau masyarakat hanya mengasosiasikan Jokowi pada PDIP,” imbuhnya.

Sementara itu, ketua DPP PDIP menyatakan keheranan yang sama. Dia menilai, hal itu perlu segera dievaluasi untuk ditemukan solusinya. Sebab, jika sebagian besar dampak kenaikan elektabilitas hanya didapatkan PDIP, itu tidak baik untuk stabilitas koalisi. ”Kita ingin partai pendukung juga bisa mendapatkan efek tersebut,” ujar pria yang akrab disapa Ara itu.

Terkait terus meningkatnya suara PDIP, Ara tidak menampik adanya efek elektabilitas Jokowi. Namun, dia menegaskan, solidnya suara partai berlambang banteng itu juga tidak terlepas dari peran Ketua Umum Megawati Soekarno Putri.

Selama ini, kata Ara, dua sosok tersebut kerap memainkan peran yang berbeda. Jika Jokowi kerap menyerap suara tambahan yang berasal dari luar, Megawati banyak berperan dalam merekatkan internal partai. Dengan demikian, suara kader PDIP solid dan tidak mudah berpindah-pindah.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan