Terus Bermunculan, Digitalpreneur Mekar di Kota Satelit

jabarekspres, BANDUNG – Sejumlah digitalpreneur terus bermunculan di kota-kota penyangga di Indonesia. Contohnya adalah Kampung UKM Digital Belimbing dari Depok, yang berhasil menuai rata-rata omset Rp 10 juta per bulan setelah aktif menggunakan platform e-dagang PT Telkom, blanja.com.

Tim Kampung UKM Digital Belimbing Triono mengatakan, pihaknya bahkan berhasil menjual salah satu produk olahan belimbing ke Inggris. ”Kalau di Indonesia, hampir semua provinsi sudah pernah kami kirim paket. Per bulan sekitar 50 sampai 100 transaksi, paling laris jualan kuliner dan aksesoris, khususnya kripik singkong,” katanya di Bandung baru-baru ini.

Tanpa punya toko, juga tak produksi barang sendiri, toko daringnya bisa diburu banyak pembeli. Itu karena, sambung dia, Blanja.com banyak memberikan akses.

Triono menjelaskan, promo dari platform belanja daring itu sering digelar dengan potongan harga menarik. Ini bisa bertambah apabila pembelian menggunakan layanan uang digital Telkomsel, Tcash.

”Karena itulah, kami pun mengajarkan ini kepada UKM lain. Kami punya puluhan mitra UKM di Depok agar mereka juga jualan daring tanpa perlu banyak modal namun jangkauan bisnis luas sekali,” sambungnya.

Para digitalpreneur ini merupakan peserta dari program Digital Lounge (DILo) hasil kerjasama Indigo.id PT Telkom dengan MIKTI, yang kini ada di belasan kota utama di Indonesia.

Ismail, founder Kulze.in menambahkan, usaha katering daring kustomisasinya sudah berjalan setahun ini dengan pelanggan dari BUMN dan perusahaan besar di kota tersebut.

Menurut dia, usaha daring memungkinkan kreativitas dan fleksibilitas baginya tanpa perlu banyak modal dan pengalaman. ”Saya awalnya karyawan swasta, bosen tiap makan siang dari itu-itu saja. Saya bikin kulze.in dengan menawarkan katering makan siang yang bersumber dari banyak pedagang makanan skala kecil,” katanya.

Ery Punta Hendraswara, Managing Director Indigo.id mengatakan, pihaknya menilai sudah saatnya masyarakat Indonesia, termasuk digitalpreneur, tidak terus menjadi obyek.

”Tapi kita menjadi subyek, pelaku karena kita punya potensi dan contoh berhasilnya ada. Misal binaan kami Payfazz, itu berhasil masuk program akselerator global yang sulit dan kini sudah dapat suntikan modal global. Bisnis pun mulai tumbuh,” pungkasnya. (rls/fik)

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan