Teknologi Pengelolaan Sampah Belum Ada Progres

jabarekspres.com, NGAMPRAH – Rencana pembangunan proyek pengelolaan sampah dengan menggunakan teknologi dari Tiongkok atau Korea sampai saat ini belum jelas kabarnya. Sebab, kabar kelanjutan prosesnya sampai sekaran belum terdengar lagi, meskipun Feasibility Study (FS)

Kepala Dinas Lingkungan Hidup (DLH) Kabupaten Bandung Barat (KBB) mengatakan, untuk membangun Tempat Pengolahan dan Pemrosesan Akhir Sampah sebetulnya berkerjasama dengan investor asing. Namun, sampai sekarang belum ada progres.

Dirinya mengatakan, belum dimulainya kerjasama ini di karenakan pihak investor meminta persyaratan kepada Pemkab di antaranya,  masalah lahan dan  teknologi yang akan digunakan.

“Nah itu kendala yang dihadapi oleh investor dari Korsel,”jelas Apung ketika ditemui belum lama ini.

Dirinya menuturkan, perusahaan korsel tersebut merupakan perusahaan konsorsium dari tiga perusahaan yaitu, Dongkuk Eco Co.,Ltd, Hwa Seong B & Tec, serta EMC Plus.

Dirinya menilai, dengan menggunakan teknologi pembakaran sampah atau insinerator sebetulnya harus melakukan kehati-hatian dan harus dilakukan kajian yang mendalam. Sebab, jangan sampai teknologi ini justru menambah masalah baru terhadap lingkungan.

Dirinya mengakui, peneraapan teknologi ini memang sudah diterapkan diberbagai negara maju. Namun, bila diterapkan diindonesia selalu mengundang polemik baru.

“Di Indonesia enggak boleh, tapi belum ada kepastian hukumnya. Kami ingin menghindarinya. Kami juga sudah berkonsultasi dengan pakar lingkungan,” tuturnya.

Dirinya menyebutkan, untuk investor asal Tiongkok pernah meminta perbaikan jalan sepanjang sekitar 10 kilometer ke lokasi TPPAS. Bahkan, mereka tertarik membangun pengelolaan sampaah didekat TPPAS Sarimukti.

Kendati begitu, perusahaan asal Tiongkok ini memberikan syarat untuk kebutuhan sampah dalam jumlah banyak. Sehingga, untuk kapasitas produksi TPPAS Sarimukti belum bisa menyelesaika.

“Persoalan bahan baku juga jadi masalah. Mereka minta sampahnya di atas 1.000 ton supaya bisa menggerakkan turbin, karena rencananya sampah itu buat menghasilkan listrik, tapi sebagian lagi untuk sanitary landfield.”kata Apung.

Sementara itu, lanjut dia hasil produksi sampah di KBB hanya bisa menampung 400 ton bila sampah terangkut keseluruhan. Terlebih untuk KBB sendiri produksi sampah masyarakat hanya menghasilkan 150 ton perhari.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan