”Alhamdulillah Rabbani akhirnya menjadi pelopor kerudung instan Indonesia yang modis, praktis, pas di muka, untuk semua perempuan Indonesia. Mulai dari anak sekolah, remaja, dewasa, ibu muda, tua dan lanjut usia. Bahkan juga utk anak balita, batita dan batuta,” paparnya.
Keberhasilan itulah yang membuat Rabbani kemudian mendeklarasikan diri sebagai Profesor Kerudung Indonesia.
”Saat itu kami mendobrak paradigma kalau kerudung formal agak ribet ketika dipakai. Ini tinggal ”slep” cukup tiga detik. Istilah sekarang anti mainstream,” selorohnya.
Sedikit berfilosofi mengenai arti Rabbani, menurut Nia, Rabbani dari kata ”Rabb” artinya Tuhan yaitu Allah SWT. Rabbani artinya segala sesuatu yang selalu terkait dengan ketuhanan. Segala sesuatu harus selalu terkait hubungan dengan Allah SWT. ”Generasi Rabbani adalah anak keturunan kita yang berharap selalu sejalan dengan perintah Allah,” tegasnya.
Dia menguraikan, tidak wajar bagi seseorang manusia yang Allah berikan kepadanya Al Kitab, hikmah dan kenabian, lalu dia berkata kepada manusia: ”Hendaklah kamu menjadi penyembah-penyembahku bukan penyembah Allah”. Akan tetapi (dia berkata): ”Hendaklah kamu menjadi orang-orang Rabbani, karena kamu selalu mengajarkan Al Kitab dan disebabkan kamu tetap mempelajarinya”.
Berlandaskan itu, maka dirumuskanlah logo 3 ro: Rabb, rizki dan risk yang berarti risiko. ”Dan yang lebih besar dari itu semua bahwa kasih sayang Allah lebih besar dari apapun. Kalau kita menjalaninya dengan benar, jujur, beretika, diiringi dengan kerja keras ketekunan dan penuh kesabaran,” jelasnya.
Dari banyak langkah yang sudah dilewati, Nia tersenyum ketika berapa modal awal yang dikeluarkan untuk memulai bisnis kerudung instan Rabbani. Menurut dia, modal Rabbani itu adalah keinginan, kerja keras, kejujuran, dan bakat. Bakat ini juga yang digarisbawahi. ”Bakat ku butuh,” selorohnya sambil tersenyum.
Dan bakat menghadapi kebutuhan itu memang dibuktikan betul oleh Nia dan suaminya. Bayangkan, perusahaan dengan sekitar 3.400 karyawan dan ratusan toko dan ribuan reseller yang tersebar di Indonesia, modal awalnya hanya Rp 100.000. (rie)