Syawaludin-Febriarti Khairunnisa Membangun Bank Sampah di Lombok

Syawaludin dan Febriarti Khairunnisa risi melihat Kota Lombok penuh dengan sampah. Pasangan suami istri itu tidak ingin kota kelahirannya sebagai destinasi wisata berkesan kurang menyenangkan bagi wisatawan. Mereka lalu mendirikan bank sampah dan sukses.

KHAFIDLUL ULUM, Lombok

DI lahan tertutup 1.500 meter persegi di Dusun Tatak, Desa Tanak Tuwu, Kecamatan Pujut, Lombok Tengah, Nusa Tenggara Barat (NTB), tumpukan sampah tertata rapi. Tentu saja itu bukan sampah biasa, melainkan sampah yang sudah disulap menjadi komoditas.

Yang paling banyak berupa sampah plastik seperti gelas atau botol air mineral serta bungkus makanan/sabun. Barang-barang bekas itu dimasukkan ke sak putih ukuran jumbo, lalu ditumpuk untuk kemudian dijual ke pabrik pengolahan sampah guna didaur ulang.

Itulah suasana kompleks Bank Sampah Bintang Sejahtera NTB yang didirikan pasutri Syawaludin dan Febriarti Di situlah mereka memberdayakan masyarakat Lombok untuk menyulap sampah menjadi rupiah.

”Di tempat ini kami mengolah sampah-sampah itu menjadi komoditas yang bernilai ekonomi,” terang Febriarti saat ditemui di kantornya, Jumat lalu (23/12/2016).

Selain dipilah, sampah terpilih dicacah menjadi kecil-kecil. Kemudian dimasukkan ke dalam plastik transparan sesuai dengan jenisnya. Ada sampah plastik putih, merah, biru, dan hijau. Sampah yang sudah dicacah akan lebih mahal jika dibandingkan dengan sampah yang masih utuh.

”Kebetulan, baru saja ada yang dikirim ke Sidoarjo, Jawa Timur. Di sana ada pabrik pengolahan plastik. Jadi, di gudang tak banyak stoknya,” tambah Febri.

Hari itu tidak ada aktivitas pengolahan. Para pekerja sedang libur. Namun, Febri dan suami tetap ngantor untuk melihat kondisi bank sampah dan mengecek hasil pekerjaan karyawan. Keduanya juga datang ke beberapa bank sampah binaan yang tersebar di Pulau Lombok. Ada 50 unit bank binaan Bank Sampah Bintang Sejahtera.

Selain menjalankan aktivitas rutin, sorenya Febri dan Syawaludin menerima tamu dari Kementerian Riset, Teknologi, dan Pendidikan Tinggi (Kemenristekdikti). Rupanya, Bank Sampah Bintang Sejahtera mendapat kepercayaan dari Kemenristekdikti untuk memberdayakan masyarakat dengan sampah. Kementerian yang dipimpin M. Nasir itu memberikan insentif teknologi atau hibah teknologi kepada Bank Sampah Bintang Sejahtera berupa empat alat pengolah kompos.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan