Sirine-Lampu Peringati Warga Cepat Evakuasi

Bandung selatan hingga kini belum juga terbebas dari ancaman banjir. Meski sudah menjadi bencana tahunan, namun banyak warga terlambat mengevakuasi diri karena banjir kerap datang tiba-tiba. Dan ini yang memacu siswa SMAN 1 Baleendah untuk membuat detektor banjir.

Erus Rustandi, Soreang

Oliver Enrico, 16, terlihat gugup. Dia tak banyak bicara ketika media berusaha melihat langsung apa yang dia buat bersama enam siswa lainnya di Kelompok Ilmiah Remaja (KIR) SMAN 1 Baleendah, Kabupaten Bandung.

Pelajar bertubuh gempal ini baru terlihat nyaman ketika sang guru ikut menemani dirinya presentasi kecil-kecilan. Dia hanya berkeyakinan, apa yang dibuat bersama teman-temannya akan berdampak besar. Alatnya, berupa pendeteksi (detektor) banjir dari bahan daur ulang ekonomis.

Oliver lantas mencelup-celupkan detektor yang menyerupai tabung ke dalam ember berisi air. Tak lama kemudian, muncul suara dari sirine dan pijar lampu.

Bentuk detektor tersebut seperti tabung dengan celah-celah yang berada di bawahnya. Tampak seutas kabel di atas alat tersebut yang tersambung ke sebuah papan yang dipasangi lampu dan sebuah sirine.

”Begitu detektornya terendam air, akan ada tanda peringatan seperti ini. Dengan begitu, saat detektor terendam pada batas ketinggian tertentu, sirine akan berbunyi. Ketika itu terjadi, masyarakat sebaiknya langsung mempersiapkan diri,” papar Oliver, kemarin.

Alat yang diciptakan oleh para siswa ini, terbilang sederhana. Hanya  memerlukan pipa, botol bekas, lilitan tembaga, sirine, lampu dan dudukan saklar. Pengerjaannya pun cukup singkat, kurang dari satu pekan. Harga bahannya pun terjangkau, tak lebih dari Rp 100.000 per unit.

Oliver mengatakan, cara kerja alat tersebut tak ngejelimet. Teknisnya, botol yang berada di dalam tabung pipa, akan terangkat bila terendam oleh air seiring naiknya volume air ketika banjir. Botol tersebut akan menyentuh tembaga yang kemudian menyalurkan sinyal berupa lampu dan suara.

”Penyokong tenaga untuk sirine dan lampu, bisa menggunakan batre. Pemakaian energi batrenya juga rendah, sebab baru menyala ketika botol naik dan menyentuh tembaga,” urainya.

”Voltasenya juga kecil. Jadi tidak berbahaya ketika terendam seluruhnya,” sambungnya.

Tinggalkan Balasan