Sempat Waswas, Ternyata Dijadikan Inspirasi Gerakan Angkot Pintar

“Yang lebih penting dari seorang manusia itu adalah sebuAh tindakan yang bisa memberikan perubahan”

NAWWAR HILMAN, Cijaura

MUNGKIN kebanyakan orang akan berpandangan sama ketika melihat sosok Rosihan Fahmi. Hampir semua orang akan beranggapan Fahmi merukapan vokalis band rock. Tapi siapa sangka, dibalik penampilannya yang nyentrik, ternyata dia merupakan pimpinan pesantren Manba’ul Huda di jalan Cijaura, Kota Bandung.

Saat Bandung Ekspres bersilaturahmi ke pondoknya, dengan penampilan sangat nyentrik, dia tidak memakai kopiah Fahmi menyambut hangat.

Ketika masuk ke kantornya yang berukuran 2×3, terlihat Ami – pnaggilan Rosihan Fahmi- sedang bekerja dibalik layar laptopnya. Foto-foto para filsuf dari barat ini menghiasi dinding kantornya. Menurutnya, itu adalah sebuah penghormatan karena begitu telah banyak menginspirasi hidupnya.

”Itu adalah bentuk terima kasih dan penghormatan saya kepada mereka. Saya begitu banyak belajar dari mereka, ilmu, semangatnya dan gairah hidupnya telah banyak menginpirasi hidup saya. Kalaulah ada foto Nabi Muhammad saya akan pajang juga,” tuturnya.

Menurut dia, penampilan tidak menentukan baik atau jahat seseorang. ”Yang lebih penting dari seorang manusia itu adalah sebuh tindakan yang bisa memberikan perubahan,” ujar Ami.

Sudah 10 tahun dia menjabat menjadi kepala pesantren Manba’ul Huda. Baginya menjadi seorang kepala pesantren itu harus siap dan bersedia melayani siapapun dan apapun itu. Termasuk melayani mereka para murid yang bersungguh-sungguh ingin menjadi manusia. Karena mereka layak untuk diperjuangkan.

”Mau dia kaya, miskin, pintar atau bodoh, kalau mereka mau sungguh-sungguh untuk bersekolah, maka itu yang layak untuk diperjuangkan,” ujar dia.

Menurut pria 40 tahun ini, memanusiakan manusia adalah tugas utama kami para guru. Bagaimana ketika mereka lulus sudah tidak takut lagi untuk menghadapi hidup dan mati dalam keadaan apapun. Dan pelajaran yang paling utama untung semua itu adalah akhlak. ”Bagi saya pelajaran yang paling utama adalah akhlak, yang kesananya akan membangun kepercayaan diri,” ucapnya.

Dalam kurun 10 tahun, dirinya belum merasa sukses dalam mengelola sebuah pesantren. Dalam kesehariannya banyak menemukan masalah, banyak santri yang kesadaran membacanya rendah. Karena baginya, mereka tidak cukup hanya disuruh, diperintah ataupun didoktrin saja.

Tinggalkan Balasan