SD Gegerkalong Buka Ruang untuk ABK

bandungekspres.co.id, BANDUNG – Empat Sekolah Dasar (SD) di Kota Bandung mengunjungi SD Gegerkalong Girang, kemarin (12/1). Kunjungan sebagai studi banding atas penerapan sekolah inklusi di Jawa Barat.

Menurut Guru Pionir dalam implementasi Pendidikan Inklusif tahun 2013, Dante Rigmalia, SD Gegerkalong ini sudah lama menjadi pilot project. Tercatat pengembangan sekolah inklusi sudah ada sejak 2003. ”Deklarasi pertama saat itu ada di Kota Bandung pada 2003,” jelas Dante kepada Jabar Ekspres ditemui usai pertemuan, kemarin (12/1).

Diakui olehnya, ada banyak sekolah yang gamang terkait penerapan inklusi. Terutama kepada para guru dan kepala sekolah. Rata-rata, masih mempertanyakan program dan evaluasi terkait inklusi ini.

”Ketika mau melanjutkan ini mau kemana? Banyak sekolah menerima Anak Berkebutuhan Khusus (ABK), tapi tidak paham bagaimana cara penerapananya,” ungkapnya.

Dia menjelaskan, ada banyak sekolah tidak masih menyekat antara ABK dan anak normal. Akan tetapi, hal tersebut bukan model sekolah inklusif. Sekolah model inklusif ini merupakan ruh dari penyelenggaraan pendidikan. Hal ini sebaiknya dipegang oleh semua pendidik dan penyenggara pendidikan.

Sehingga, layanan pendidikan harus disesuaikan dengan potensi, kebutuhan perkembangan dan belajar peserta didik. Hal ini akan berdampak pada tumbuh kembang anak yang optimal.  ”No two children are the same. One good is singing but not good in math. One good in language but don’t in are. (Tidak ada dua anak yang sama. Yang satu bisa pandai bernyanyi, tapi tidak di matematika. Satu pandai dalam bahasa tapi tidak dengan yang lain, Red),” ungkapnya.

Sementara itu, kepala sekolah SD Gegerkalong Girang Entin Sumiati mengatakan, pada awal pendirian sekolah inklusif sangat banyak tantangan yang dihadapi. Terutama pada orangtua murid yang tidak menginginkan anaknya bergaul dengan ABK.

”Dulu saya bilang bagaimana jika hal itu (ABK, Red) menjadi anak anda. Lalu, tidak ada yang mau menerima di sekolah? Bagaimana perasaan ibu dan bapak,” jelasnya.

Diakui olehnya, sosialiasi sekolah Inklusif ini sangat sulit. SD Inklusif tidak berbeda dengan sekolah lainnya. Akan tetapi, menerima ABK untuk bersekolah.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan