RSUD Al Ihsan Jadi Rujukan Korban Kekerasan

jabarekspres.com, BALEENDAH – Rumah Sakit Umum Daerah (RSUD) Al Ihsan akan menjadi rumah sakit rujukan bagi korban kekerasan, terutama bagi kaum perempuan dan anak-anak.

Ketua Pelayanan Terpadu Pemberdayaan Perempuan dan Anak (P2TP2A) Jawa Barat, Netty Prasetiyani Heryawan mengatakan,

dengan menjadikan RSUD Al Ihsan sebagai rumah sakit rujukan korban kekerasan. Maka kedepannya, semua pasen korban kekerasan akan mendapatkan pelayanan secara gratis khusus bagi masyarakat kurang mampu.

“Bebas biaya asal bisa menunjukkan surat keterangan tidak mampu (SKTM) dan berlatar belakang keluarga prasejahtera akan menjadi prioritas,,” jelas Netty kepada wartawan usai memberikan pelatihan di RSUD Al Ihsan.

Netty mengatakan, dari data Badan Pusat Statistik, ada sekitar 28 juta korban kekerasan di Indonesia pada 2016. Sedangkan angka kekerasan di Jawa Barat dari hasil survei berbagai lembaga peduli ibu dan anak mencapai 1500 kasus.

“Kalau dirata-ratakan tujuh tahun, kurang lebih ada 200 kasus setiap tahun,” ujarnya.

Dari Survei Pengalaman Hidup Perempuan Nasional (SPHPN), satu dari tiga perempuan berusia 15-64 tahun di Indonesia pernah mengalami kekerasan. satu dari 10 perempuan dalam setahun terakhir usia 15-64 tahun mengalami kekerasan.

“Yang namanya korban kekerasan, kita sering mempersepsikan yang tidak bersekolah, padahal dari survei itu 35,1 persen adalah lulusan SLTA, pendidikannya tidak rendah juga,” ujarnya.

Istri dari Gubernur Jawa Barat itu mengatakan, angka tersebut meningkat setiap tahunnya untuk beberapa kasus tertentu. Tak hanya menimpa perempuan atau anak perempuan, tapi juga menimpa anak laki-laki akin penyimpangan seksual (pedofil).

“Kekerasan itu symptom, akarnya jauh lebih dalam dari itu adalah kemiskinan, kemiskinan ekonomi, kemiskinan wawasan, kegagalan pengasuha di dalam keluarga, ketidakmampuan orang tua dalam mengasuh dan menjaga anak, itu menjadi akar dari kekerasan,” ujarnya.

Inflastruktur rumah yang tak memisahkan tempat tidur antara orang tua dengan anak dan tidak menghadirkan toilet dalam rumah, kata Netty, bisa menjadi benih kekerasan. “Ya secara tidak langsung seperti itu,” katanya.

Oleh karen itu, untuk menunjang Al Ihsan sebagai rumah sakit rujukan bagi korban kekerasan, ujar Netty, diperlukan  sumber daya manusia yang mumpuni untuk menangani perempuan dan anak korban kekerasan. Pelatihan pun dilakukan kepada jajaran direksi, staf dan dokter.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan