RSHS Segera Tangani Kembar Siam Garut

jabarekspres.com, BANDUNG – Rumah Sakit Hasan Sadikin Bandung langsung membentuk tim khusus penangan bayi kembar siam asal Garut. Saat ini anak kembar siam Alputri Anugrah dan adiknya Alputri Dewiningsih dalam kondisi stabil.

Ketua Tim Penanganan Kembar Siam RSHS Prof Dr H Sjarif Hidajat Sp A (K) mengatakan, kasus Kiam Conjoined Twin Abdominophygophagusasal pada anak asal Kampung Padasari Kabupaten Garut itu masih dilakukan pemeriksaan dan perawatan di ruang Kemuning lantai 2.

Setelah menjalani pemeriksaan mendalam, kata pria yang akrab disapa Dadang tersebut, ada beberapa organ yang berdempet. Antara lain, hati dan terdapat beberapa tulang yang tidak pada posisinya. Sehingga untuk sementara ini belum memungkinkan untuk dilakukan pemisahan.

Sementara itu, berdasarkan indikasi medis, terdapat satu kaki sering dikeluhkan sakit oleh pasien dan mengganggu mobilitas pasien. ”Untuk jangka pendek tim pemisahan bayi kembar siam RSHS akan melakukan operasi pengangkatan satu kaki tersebut untuk meningkatkan kualitas hidup keduanya,” kata Dadang.

Dia menegaskan, hasil pemeriksaan medis, diketahui salah satu pasien tersebut mengalami kelainan jantung. Sedangkan satu lainnya dalam kondisi normal.

Namun demikian, masalah pada jantung tersebut diprediksi bisa teratasi. Namun, yang jadi masalah adalah banyak organ yang hanya ada satu tubuh seperti saluran ginjal, pembuluh darah dan beberapa tulang yang menyatu, kedua bayi tidak dapat dipisahkan dalam waktu singkat. ”Saat ini kami akan melakukan operasi sederhana pada tungkai kakinya (tidak tumbuh). Kurang lebih tiga sentimeter,” ungkapnya.

Dadang mengungkapkan, saat ini kedua anak tersebut merasa terganggu atas keberadaan tungkai kaki tersebut. Akibatnya putri ke dua dan tiga dari Iwan Kurniawan dan Yani sulit bergerak.

”Kami tentu sangat berhati-hati. Sebab, harapan utama untuk hidup normal dan bisa terpisahkan,” tuturnya sambil menambahkan, berat stabil sejak dirawat mulai 25 Agustus, berat badan keduanya mencapai 18 kilogram.

Rencana jangka panjang, ketika rangkaian operasi itu berhasil, tanggung jawab medis juga mendorong rehabilitasi psikologis pasien. Sebab, si anak pasti berkeinginan untuk beraktivitias bebas tanpa rasa sakit. ”Merasa sangat interest dengan banyak hal. Berkomunikasi dengan tim medis dengan sangat baik. Mereka juga bilang ingin bersekolah,” ucap Dadang.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan