Puncak di Desember, Bupati Anggap Banjir Hal Biasa

jabarekspres.com, BANDUNG – Dampak banjir di Kabupaten Bandung terus meluas. Saat ini, tercatat 5.806 unit rumah terendam di tiga kecamatan di Kabupaten Bandung.

Meningkatnya jumlah rumah yang terendam di Kecamatan Bojongsoang, Baleendah, dan Dayeuhkolot itu terjadi karena hujan deras sejak Selasa hingga Rabu (14-15/11) dini hari.

Berdasarkan catatan, minggu pertama hujan jumlah rumah terendam hanya antara 2.000 unit. Angka tersebut kemudian bertambah selama sepekan terakhir dengan 3.839 unit.

Berdasarkan data Badan Penanggulangan Bencana Daerah (BPBD) Kabupaten Bandung, jumlah rumah yang paling banyak terendam berada di Kecamatan Baleendah sebanyak 3.397 rumah dari 11 Kampung yang berada di dua kelurahan. Sedangkan di Kecamatan Dayeuhkolot, 1.602 rumah dari tiga desa atau kelurahan. Di Bojongsoang, tercatat hanya sekitar 320 rumah yang terendam.

Di bagian lain, 604 jiwa pun terpaksa mengungsi di titik-titik pengungsian. Bantuan logistik pun didatangkan dari Dinas Sosial bagi para pengungsi.

Meski demikian, Bupati Bandung, Dadang M. Naser mengaku, pihaknya belum bisa melakukan tanggap darurat bencana. Sebab, ada mekanismenya khusus untuk menaikan status kedaruratan.  ”Terkait logistis kami telah siap untuk para korban,” kata Dadang, kemarin (15/11).

Dadang mengklaim selalu datang melakukan pemantauan ke lokasi banjir. Termasuk koordinasi dengan BPBD.

”Banjir yang akan selalu datang hingga akhir Desember nanti, makanya kami akan selalu siaga. Saya harapkan setiap musim hujan selalu antisipasi oleh seluruh komponen, seperti bencana longsor, puting beliung dan banjir,” imbuhnya.

Saat ditanya banjir yang memutuskan akses jalan, Dadang juga menjelaskan, pihaknya masih menunggu BBWS yang menjanjikan akan ada Curug Jompong. Kata Dadang, apabila Curug Jompong bisa dibangun, maka dipastikan bisa mengurangi banjir.

”Bencana banjir di kabupaten bandung ini merupakan bencana tahunan, karena Kabupaten Bandung merupakan daerah bencana nomor empat. Kita hanya bisa mengupayakan, ketika banjir mengevakuasi para korban, agar jangan sampai ada korban dan terselamatkan jiwanya, serta  jangan sampai kekurangan pangan dan kesehatannya dijaga,” tuturnya.

Sementara itu, di tempat berbeda, Idah, 65, korban banjir warga Kampung Mekarsari, Rw 21/Rt 02 Kelurahan Baleendah, Kecamatan Baleendah, terlihat mengemis dengan sejumlah korban banjir lainnya di Jembatan Sungai Citarum. Saat ditanyai, kenapa tidak pergi ketempat pengungsian, dia mengakui bahwa ke tempat pengungsian harus membawa uang, karena kalau ingin apa-apa harus beli.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan