Proyek Pembangunan Tidak Berhenti di Jembatan Pelangi

jabarekspres.com – AWAL 2017 menjadi bagian dari transpormasi Kota Bandung yang makin berwarna. Sebab, overpass Pelangi Antapani resmi menjadi nama jembatan yang baru dibangun di Jalan Jakarta, Kota Bandung yang dikukuhkan langsung oleh Wakil Presiden M. Jusuf Kalla.

Kata ”pelangi” dipilih karena overpass tersebut bercorak abstrak berwarna-warni hasil karya se­niman lulusan Institut Teknologi Bandung, John Martono. Jemba­tan tersebut, menurut Wali Kota Bandung M. Ridwan Kamil juga memiliki beberapa keistimewaan lainnya.Selain karena warnanya yang cantik, jembatan tersebut adalah hasil karya Kementerian Pekerjaan Umum dan Perumahan Rakyat (PUPR) dengan meng­gunakan teknologi terbaru. ”In­ovasi-inovasi di dalamnya akan mengubah wajah infrastruktur Indonesia,” ujar Ridwan.

Berdasarkan rilis yang dilansir oleh Kementerian PUPR, Over­pass Pelangi Antapani merupa­kan proyek percontohan dengan teknologi Corrugated Mortarbusa Pusjatan (CMP) yang baru per­tama kali diterapkan di Indone­sia. Struktur baja yang digunakan di jembatan tersebut berbentuk corrugated atau armco dengan tiga jumlah bentang. Panjang untuk bentang tengah adalah 22 meter dengan tinggi ruang bebas vertikal 5,1 meter dan lebar bentang lainnya (u-turn) adalah sembilan meter.

CMP adalah teknologi yang dihasilkan oleh Pusat Peneli­tian dan Pengembangan Jalan dan Jembatan (Pusjatan) Balit­bang Kementerian PUPR. Tek­nologi ini merupakan peng­embangan teknologi timbunan ringan mortar busa dengan struktur baja bergelombang.

”Dengan panjang yang sama biasanya fly over ini harganya Rp100 miliar. Ini kurang lebih hanya Rp30 an miliar. Sehingga Bapak bisa bayangkan dengan teknologi ini bisa menghadirkan perubahan 2,5 kali lipat. Itu yang kita banggakan,” tutur pria yang akbar disapa Emil itu.

Pembangunan proyek ini meru­pakan hasil kerja sama antara Pusjatan Kementerian PUPR, Pe­merintah Kota Bandung, dan Pe­merintah Korea. Dari anggaran Rp 35 miliar yang dibutuhkan untuk pembangunan Overpass Antapani, komposisi pembiayaan terdiri atas Rp 22 miliar berasal dari Pusjatan Kementerian PUPR, Rp 10 miliar dari Pemerintah Kota Bandung, dan Rp 3 miliar dari Pemerintah Korea dalam bentuk komponen material. Selain itu, waktu penger­jaan konstruksi juga jauh lebih cepat dari teknologi biasanya. Nor­malnya, pengerjaan sebuah proy­ek fly over bisa memakan waktu hingga 12 bulan. Kini, dengan metode baru ini, durasi pembangunan hanya 6 bulan saja.

Tinggalkan Balasan