Petani Sayuran Belum Merasakan Untung

jabarekspres.com, NGAMPRAH – Para petani sayuran di Kecamatan Lembang Kabupaten Bandung Barat masih belum bisa merasakan keuntungan hasil dari panen. Sebab, untuk harga jual dikalangan tingkat petani masih sangat rendah.

Salah seorang petani dari kampaung Gandok Desa Cibodas Ayi Cuplis 36 mengakui, untuk hasil panen sayuran selama ini masih mengandalkan bandar. Sehingga, mata Distribusi sampai ketingkat eceran menjadi panjang.

Dirinya menginginkan, dengan hasil panen sayuran yang melimpah seharusnnya petani sayuran bisa sejahtera. Namun, pada kenyataannya banyak dikalangan petani yang kehidupannya sangat memprihatinkan.

“Ketika kita panen kita tidak bisa jual langsung ke konsumen karena harus melalui pengepul. Dari pengepul masuk ke pasar induk lalu baru didistribusikan ke pengecer di pasar-pasar tradisional,” ujar Ayi ketika ditemui di Lembang kemarin (9/10)

Dirinya mencontohkan, untuk harga cabai rawit ditingkat petani harganya hanya Rp 6000 perkilogram. Tetapi di tingkat pasar tradisional menjadi Rp 15.000. Untuk itu, seandainya jalur distribusi bisa dipangkas, harga dari tingkat petani bisa lebih tinggi.

Ayi mengungkapkan, sebetulnya tantangan bagi para petani itu cukup berat. Sebab tidak sedikit harus mengeluarkan ekstra dana lebih bila harus berhadapan dengan hama tanaman sayuran.

Selain itu, keberadaan pupuk sering menjadi kendala, karena harganya terus membumbung tinggi.

“Dengan harga cabai yang hanya Rp6.000/kg, sebenarnya enggak bisa menutupi ongkos dari masa tanam sampai panen,” keluh dia.

Menurut diaDirinya berharap, peran pemerintah untuk mengatasi masalah ini bisa lebih optimal untuk membaerikan ruang kepada para petani memasarkan hasil produksinya secara langsung.

Selain itu, pendistribusian pupuk dikalangan petani harus disalurkan secara merata. Sebab, dilapangan sering terjadi monopoli penjualan pupuk dikalangan Suplier.

Ayi menuturkan, dari hasil panen sayuran sebetulnya yang dinikmati petani hanya sebagian kecil saja. Sebab, para petani tidak semuanya memiliki lahan sendiri.

“Banyak para petani hanya sebagai penggarap dengan menyewa lahan malah saya sendiri menyewa lahan 1 hektare milik sekolah internasional yang berada di Desa Cibodas,”kata Ayi.

Dirinya menambahkan, kondisi para petani disini sebetulnya tersisihkan. Terlebih, semua tanah garapan banyak dimiliki warga pendatang. Sehingga, ketika panen harus bagi hasil

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan