Pemkab Bandung Belum Siap Terapkan Sekolah 5 Hari

jabarekspres.com, SOREANG – Rencana penerapan sekolah 5 hari kerja, dinilai masih perlu persiapan matang. Sebab, dalam penerapannya bisa saja dilakukan asalkan bisa memasukan pendidikan madrasah diniyah Tamaliyah

Kepala Dinas Pendidikan Kabupaten Bandung Djuhana mengatakan, waktu sekolah 5 hari ini akan diberlakukan dari hari senin sampai jumat sesuai intruksi Mendiknas

Namun, pihaknya belum akan menerapkan peraturan ini secara maksimal. Sebab, sekolah 5 hari tentunya harus butuh pengkajian lebih dalam sesuai dengan tingkat kebutuhannya didaerah

“Sebenarnya sudah pernah kami kaji dua tahun lalu dan tidak efektif jika diterapkan di Kabupaten Bandung, karena ini bukan kota,” kata Djuhana saat wawancara di ruang kerjanya kemarin (15/6).

“Untuk penerapan di Kabupaten Bandung akan disampling. Karena, penerapannya tidak akan semua sekolah, hal ini karena kondisi geoografis, sdm serta kebutuhan akan sekolah tersebut,” ungkapnya.

Selain itu, lanjut Djuhana, untuk penerapannya harus memenuhi syarat untuk mendukung seperti sarana infrastruktur. Sebab di Kabupaten bandung sendiri banyak sekolah yang berada di peloksok. Sehingga bagi siswa tentunya ini akan sangat berat

“Jadi kalau 5 hari sekolah harus disediakan makanan bagi siswanya, belum lagi secara jarak geografis yang ditempuh siswa lumayan luar biasa jaraknya di kabupaten Bandung ini,” ucapnya.

Djuhana juga mengakui, Pihak Disdik akan mengambil sample beberapa sekolah di masing-masing kecamatan di wilayah Kabupaten Bandung.

“Mungkin disampling saja, satu atau dua sekolah saja yang diterapkan,” akunya.

Djuhana juga menambahkan, sebetulnya intruksi menteri ini sangat bagus.Namun, dala penerapannya harus hati-hati. Apalagi di Kabupaten sendiri ada aturan bahwa siswa siswi diwajibkan untuk sekolah madrasah diniyah tamaliyah

“Nahk kalau ini dimasukan kedalam sekolah formal, maka ini keliru dan bisa dibayangkan banyak Madrasah yang akan gulung tikar, terus kapan anak anak kita diberikan pemahaman agama,” ujarnya.

Dirinya menilai, tak ada yang sanggup jika madrasah diniyah dimasukan kedalam formal setiap hari, karena terkait keberadaan sdm dari guru agama dan pengajar diniyah.

“Bayangkan saja, kalau ustad-ustad di madrasahh mau mengajar pagi secara formal merek mungkin tidak keberatan, tapi siswa tidak bisa dipaksakan juga,” tegasnya.

Berita Terkait

Tinggalkan Balasan